Petani Terancam Gagal Panen, Kerugian Capai Ratusan Juta

  • Bagikan
BANJIR. Ketinggian air di Desa Kalepu Kecamatan Tommo, Mamuju, Selasa 9 Mei 2023, mencapai pinggul orang dewasa.--IST/RADAR SULBAR--

MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID — Sejumlah kecamatan pada dua kabupaten di Sulbar dilanda banjir, beberapa hari terakhir.

Kamis 4 Mei, setidaknya lima kecamatan yakni Binuang, Polewali, Matakali, Mapilli dan Matangnga Kabupaten Polewali Mandar (Polman) diterjang banjir setelah beberapa sungai meluap. Akibat bencana ini, seorang warga meninggal dunia usai terseret arus saat melintas di jalan Trans Sulawesi.

Menyusul, banjir kembali menerjang Kecamatan Matangnga Polman, Senin 8 Mei, sore. Intensitas hujan cukup tinggi di hulu sungai di wilayah Kabupaten Mamasa salah satu penyebab banjir ini.

Air sungai Matangnga meluap sekira pukul 14.30 Wita membuat dua desa dan satu kelurahan di Kecamatan Matangnga terdampak banjir. Tiga desa dan kelurahan yang terdampak yakni Kelurahan Matangnga, Desa Rangoan dan Desa Katimbang.

Senin 8 Mei, sejumlah desa di Kecamatan Tommo dan Papalang Kabupaten Mamuju, pun terendam banjir. Bencana ini terjadi usai curah hujan yang cukup tinggi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju Taslim Sukirno, Selasa 9 Mei, mengatakan, tim rescue BPBD Mamuju sedang berada di lokasi untuk meninjau dampak bencana. Yakni di Desa Bonda Kecamatan Papalang serta Desa Kalepu, Kalonding dan amemongga di Kecamatan Tommo.

“Hari ini (kemarin) kami baru melakukan survei ke beberapa titik lokasi terdampak banjir,” kata Taslim, kemarin.

Taslim menjelaskan, banjir diakibatkan oleh hujan deras yang membuat Sungai Karama meluap. Sehingga beberapa wilayah terendam banjir, termasuk di Desa Bonda. Jembatan kecil penghubung antar Desa Bonda ke Desa Topore putus diterjang banjir. Namun titik terparah berada di Desa Kalepu.

“Untuk kerusakan jalan di Desa Bonda sudah kami laporkan ke Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Mamuju untuk segera ditindak lanjuti. Warga juga sudah bahu-membahu memperbaiki jalan darurat agar bisa dilalui untuk sementara,” jelasnya.

Terpisah, Kepala Desa Kalepu Indo Upe menyampaikan, banjir luapan Sungai Karama memang sering terjadi saat musim hujan. Sehingga warga sudah terbiasa menghadapi kondisi tersebut. Warga tidak merasa panik, dan telah melakukan antisipasi untuk meminimalisir kerugian.

“Tadi siang (kemarin) ketinggian air sudah sampai pinggul orang dewasa. Warga yang rumahnya panggung tetap tinggal di rumah, sementara yang rumah batu mengungsi ke rumah keluarganya,” sebut Indo Upe.

Hanya saja, lanjutnya, banjir tersebut menggenangi sejumlah lahan jagung dan membuat petani terancam gagal panen. Begitu pula dengan empang milik warga yang terendam banjir.

“Kondisi seperti ini sudah sering kami alami. Tapi kasihan masyarakat yang punya tanaman di kebun dan ikan di empang, karena rentan gagal panen,” tandas Indo Upe.

Banjir Matangnga

Sementara, banjir bandang yang melanda tiga wilayah di Kecamatan Matangnga Polman, Senin kemarin sudah surut. Air yang sebelumnya menggenangi rumah dan fasilitas pemerintah, sudah mengering pada Selasa 9 Mei.

Namun begitu, bencana banjir ini menimbulkan kerugian ratusan juta rupiah. Selain merusak sejumlah rumah warga, banjir turut menenggelamkan belasan hektar sawah dan seekor ternak sapi mati.

Camat Matangnga, Asmadi, saat dihubungi, Selasa 9 Mei, mengatakan air sudah surut sejak Senin petang hingga malam. Kondisi Sungai Matangnga, Selasa pagi sudah normal seperti biasanya. Debit air sudah tidak terlalu tinggi, tetapi di hulu sungai masih mendung sehingga warga diminta tetap waspada.

“Pasca banjir bandang saat ini sebagian warga membersihkan rumah akibat dimasuki air. Selain itu, perabotan rumah tangga juga dibersihkan dan dikeringkan karena terendam air. Perkiraan kerugian akibat banjir ratusan juta. Karena salah seorang warga kiosnya hanyut beserta barang jualannya. Kerugiannya puluhan juta. Itu baru satu orang,” kata Asmadi.

Ia menambahkan banjir juga menenggelamkan sedikitnya 15 hektar sawah siap panen. “Sawah sekitar 15 hektar pada tiga desa terendam, padahal sudah siap panen. Karena terendam akhirnya padinya rusak tak bisa diselamatkan. Ada juga sapi yang hanyut,” ungkapnya.

Untuk fasilitas umum yang rusak, yakni jembatan gantung menghubungkan Kelurahan atangnga dengan Rangoan. “Sebagian lantai papannya hanyut terbawa air saat banjir. Tetapi pemerintah setempat bersama warga berusaha memperbaiki jembatan gantung itu agar dapat dilalui kendaraan roda dua,” terang Asmadi.
Asmadi menyebut, data lengkap korban banjir secara by name by adress sementara dikumpulkan.

Sementara itu, Danpos Matangnga Peltu Asri Jaya melaporkan dampak banjir di Matangnga ada 48 rumah warga yang terkena dampaknya. Tiga diantaranya mengalami rusak berat selebihnya rusak ringan karena terendam air.

“Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tapi 48 rumah terdampak. Tiga rumah rusak milik Nurbiah, Masri Buhari dan Adnan. Selain itu satu ekor sapi milik Jamal ditemukan mati setelah terseret banjir,” ujar Peltu Asri Jaya saat dihubungi, Selasa 9 Mei.

Ia mendata jumlah kepala keluarga yang terdampak banjir di Kelurahan Matangnga sebanyak 39 KK yakni di Lingkungan Sihuluang 13 KK dan Lingkungan Makula 26 KK. Sementara di Dusun Katimbang Desa Katimbang sebanyak 9 KK.

Terkait kejadian banjir bandang ini, Dinas Sosial Polman langsung bergerak ke lokasi membawa bantuan berupa makanan, air mineral, peralatan dapur dan tenda.

Kadinsos Polman Azwar Jasin mengaku telah menyalurkan bantuan pada korban banjir di Matangnga, Selasa kemarin. Ia mengaku menyerahkan bantuan kepada masyarakat melalui pemerintah kecamatan berupa 30 dos air mineral, peralatan dapur, empat dos bantuan makanan siap saji dan empat lembar tenda lapangan.

“Kami telah distribusikan bantuan kepada pemerintah kecamatan untuk selajutnya diteruskan ke korban banjir di Matangnga,” tandas Azwar Jasin.

Salah seorang korban banjir Matangnga Yunisa (57 tahun) mengatakan, banjir luapan sungai terjadi begitu cepat membuatnya tidak dapat menyelamatkan harta benda. “Tiba-tiba banjir, padahal hujan tidak sampai setengah jam. Air sungai langsung meluap,” tutur Yunisa.

Sebelum banjir menerjang, Yunisa mengaku sedang membersihkan perabot rumah dan barang jualan. Sebab, perabot dan barang jualan tersebut masih kotor akibat banjir yang juga menerjang pada Kamis 4 Mei lalu.

“Ini banjir sudah yang kedua kalinya dalam sepekan, makanya itu barang-barang yang hilang belum sempat kita amankan karena baru saja dibersihkan. Karena cepat sekali naiknya air sampai satu meter, kita langsung selamatkan diri sedangkan itu barang hanyut setelah tempat jualan roboh, kerugian sekira 50 juta,” pungkasnya. (rur-mkb/dir)

  • Bagikan