Jabat Tangan

  • Bagikan

Oleh: M Danial 

KELIHATAN sederhana tapi maknanya tidak sederhana. Bukan urusan politik, tapi sering menjadi politis sebagaimana yang berawal di panggung debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1) malam.

Berjabat tangan atau bersalaman sudah menjadi kebiasaan dalam interaksi sosial. Jabat tangan adalah bahasa tubuh yang menyimbolkan silaturahmi. Berjabat tangan kala bertemu kenalan baru, apatah lagi dengan teman lama. Secara psikologis jabat tangan dapat memadamkan dendam.

Jabat tangan adalah kebiasaan universal. Sederhana tapi maknanya melebihi kata-kata. Berfungsi sebagai pembuka komunikasi formal maupun non formal, rekonsiliasi, penyampaian ucapan selamat, hingga rasa empati. 

Jabat tangan merupakan ekspresi komunikasi personal yang sudah dikenal sejak ribuan tahun. Maknanya tidak berubah dari zaman ke zaman sebagai penghormatan dan kesetaraan, saling menghormatmati harkat dan martabat masing-masing. 

Di Eropa sejak abad pertengahan, berjabat tangan menjadi tradisi dalam pertemuan-pertemuan dan simbol kedamaian. Di era modern jabat tangan menjadi kebiasaan spontan saat bertemu, akan berpisah, atau menyertai ucapan selamat atau terima kasih kepada orang lain.

Jabat tangan juga merupakan penanda persetujuan atau kesepahaman dalam dunia diplomasi. Sedangkan di dunia olahraga atau kegiatan kompetisi lainnya, jabat tangan bermakna sportifitas. Belakangan interaksi sosial berjabat tangan kerap berganti saling menghadapkan telapak tangan. Bukan lagi saling menggenggam tangan.

Kebiasaan jabat tangan juga terhenti, malah dijauhi saat pandemi Covid-19, dua tahun lalu. Berjabat tangan disebut menjadi salah satu media penyebaran virus corona. Hampir semua orang dilanda paranoid berjabat tangan. Disiplin menjaga jarak, segan pula bersalaman. Kemana-mana berbekal hand sanitizer untuk memastikan tangan selalu steril setelah bersalaman dengan orang lain. 

Dilansir dari histori.com, berjabat tangan dikenal sejak zaman kuno. Dari zaman ke zaman maknanya tidak berubah, untuk menunjukkan rasa hormat, saling menghargai harkat dan martabat masing-masing yang berjabat tangan.

Jabat tangan merupakan isyarat niat baik atau sebagai pesan damai. Mengulurkan tangan kanan yang kosong sebagai pertanda tidak memegang senjata yang sekaligus berarti tidak mempunyai niat buruk terhadap satu sama lain. 

Salah satu gambaran paling awal tentang jabat tangan ditemukan pada relief abad ke sembilan SM, yang menunjukkan Raja Shalmaneser III dari Asyur sedang bersama penguasa Babilonia. Penyair Epik Homer menggambarkan jabat tangan beberapa kali dalam “Iliad” dan “Odyssey”, terutama yang berkaitan dengan suatu perjanjian dan menunjukan kepercayaan. 

Gambaran ini merupakan juga motif yang berulang dalam seni penguburan Yunani pada abad keempat dan kelima SM. Batu nisan seringkali menggambarkan orang yang meninggal berjabat tangan dengan anggota keluarganya, yang menandakan ikatan abadi antara yang hidup dan yang mati. 

Dalam ajaran Islam berjabat tangan memiliki keutamaan tersendiri. Selain berpahala, berjabat tangan menjadi penyebab terhapusnya dosa. Hadis Nabi Saw yang diriwayatkan Abu Daud, Turmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad: “Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni dosanya sebelum mereka berpisah.”

Yang dimaksud hadis tersebut adalah berjabat tangan yang dilandasi itikad baik. Bukan karena terpaksa atau karena tekanan, atau berpura-pura demi pencitraan seperti yang banyak terjadi sekarang. 

Diketahui pada debat ketiga Pilpres 2024 yang digelar KPU, dua dari tiga calon presiden: Anies Baswedan dan Prabowo Subianto tidak saling berjabat tangan usai debat ketiga Piplres, Minggu malam lalu.

Anies Baswedan dan Prabowo Subianto punya alasan masing-masing mengenai hal itu. Adapun Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo bersalaman dengan kedua rivalnya usai debat yang berlangsung panas. Malah terjadi saling serang terutama antara Anies Baswedan dengan Prabowo Subianto.

Dilansir dari CNN Indonesia (8/1), Anies tidak bersalaman dengan Praboeo karena tidak lagi bertemua usai debat. Anies mengaku mencari Prabowo untuk bersalaman, tapi sudah tidak bertemu.

“Sesudah selesai (debat) saya mencari tapi sudah tidak ada. Jadi tidak tahu ke mana harus salaman,” ujar Caores nomor urut satu itu kepada wartawan dalam konferensi pers usai debat.

Sedangkan Prabowo menyatakan dirinya lebih tua, tapi Anies tidak mendatangi untuk bersalaman. Prabowo merasa Anies yang harus mendatangi selaku orang yang lebih muda.

“Dia nggak datang ke saya, saya lebih tua, saya lebih senior,” dalih Capres nomor urut dua yang juga Menteri Pertahanan. (*)

  • Bagikan