ARSIP JADI ASET

  • Bagikan

Oleh: Anfas (Direktur UT Majene)

Seorang teman bertanya “Pak Anfas, banyak dokumentasi kegiatan UT Majene berupa video atau foto?”
“Banyak pak” jawab saya.
“Terus diapakan dokumen tersebut?” tanyanya lagi.
“Ya… pasti diarsipkanlah, sebagai bukti pertanggung jawaban kegiatan” jawab saya meyakinkan.
“Sayang yaa… padahal itu aset yang bernilai uang” jawabnya sambil tersenyum.
“Maksudnya?” tanya saya kembali, karena keheranan.

“Selama ini kita anggap dokumen berupa foto atau video hanya sebatas arsip, baik pribadi maupun kantor. Padahal itu semua bisa jadi aset yang menguntungkan. Saya saja bulan ini dapat puluhan juta, dari bisnis itu” jawabnya tersenyum.

“Semua foto dan video pribadi saya saat bertugas atau liburan, saya seleksi. Yang saya anggap menarik, lucu, inspiratif atau agak ngeyel saya ambil dan edit, lalu saya posting di salah satu media sosial (medsos), banyak ditonton dan dishare, hasilnya cukup besar” jelasnya lebih lanjut.

Semula saya suudzon, menyangka dia sedang berbisnis jual beli dokumen secara ilegal. Namun saya menjadi paham maksudnya, setelah ia sebutkan diri sebagai seorang seleb disalah satu medsos terpopuler.

Melihat jumlah viewernya sudah lumanyan banyak. Pantas jika semua postingannya, selalu dishare ratusan kali. Di situlah pundi-pundi pendapatan tambahannya diperoleh. Padahal melihat video atau foto yang diunggahnya, menurut saya sederhana saja. Durasi tanyangnya tidak lama, hanya hitungan detik, paling lama 1,5 menit. Namun harus diakui editingnya sangat bagus, menjadikan konsep video yang dibagikannya menjadi menarik. Ada foto jadul, ada video liburan di beberapa destinasi wisata, ada aktivitas harian.

Dibeberapa video disisipkan pesan motivasi yang jumlah like-nya cukup tinggi. Ada pula postingan wisuda UT, tapi dikemas dengan gaya milenial dan diiringi latar lagu yang lagi trending. Sangat banyak yang tonton dan share.

“Banyangkan saja jika video kegiatan UT Majene, Pak Anfas kembangkan jadi tontonan berdurasi 1-2 menit tapi menarik dan memotivasi, bernuansa milenial tapi edukatif, saya yakin akan banyak viewernya dan itu bisa jadi peluang, sumber pendapatan tambahan UT Majene” terangnya penuh semangat.

Ia pun melanjutkan, bahwa semua orang atau instansi dapat berinovasi memanfaatkan arsip mereka berupa foto atau video untuk dikemas dalam tampilan menarik agar bisa menjadi sumber pendapatan. Maka sayang jika hanya disimpan, diarsipkan kemudian dimusnakan.

Bahkan menurutnya, kini sudah saatnya intansi pemerintah, termasuk pemda juga sudah harus berpikir ulang tentang konsep “Aset”. Bukan hanya bangunan, kendaraan dinas dan lainnya. Tapi dokumen, arsip itu juga aset jika kita punya daya inovasi untuk memanfaatkannya menjadi sumber pendapatan daerah.

Dari penjelasannya, sayapun jadi ingat postingan di salah satu medsos yang saya tonton beberapa hari lalu. Videonya bertemakan kota tua. Karena menarik, tak terasa video itu saya tonton sampai selesai. Saya memperhatikan viewernya juga puluhan ribu dan sudah dishare ratusan kali. Artinya konten semacam itu pun tetap menarik bagi para “peselancar medsos”. Membuktikan pula bahwa tidak semua pengguna medsos hanya sekedar hura-hura, hiburan atau sarana saling membully. Selama konten yang ditampilkan menarik, mampu memikat, maka akan ditonton dan dishare ke ribuan khalayak maya secara sukarela.

“Gila…” batin saya, kagum setelah berdiskusi dengan teman tersebut. Tidak pernah saya banyangkan apa yang telah dilakukannya.

Saya jadi kebanyang, UT Majene di usianya yang sudah 16 tahun. Jika kami benar-benar disiplin dalam menjaga dan merawat arsip foto dan videonya, maka berapa banyak arsip yang dapat “berguna” sebagai sumber pendapatan.

Apalagi saat saya membanyangkan majene sebagai kota tua. Pasti banyak dokumen yang sudah diarsipkan. Foto-foto “tempo doloe” yang menjadi bukti sejarah perjalanan daerah, tentu saja sangat menarik untuk “dipasarkan” di berbagai platform medsos. Bila perlu ada badan atau lembaga yang mengelolahnya dengan profesional, tentu akan menjadi lahan pekerjaan baru yang menjanjikan. Tidak hanya menjadi sumber pendapatan baru bagi pemda, tapi juga dapat menjadi sumber pengetahuan bagi generasi mendatang majene di kemudian hari. Wallahualam (*)

  • Bagikan