Kisah Dua Gadis Tekuni Usaha Sabut Kelapa: Tertipu Beberapa Kali Hingga Kini Tembus Pasar Internasional

  • Bagikan
Adelia dan Aidilla saat menyambut kunjungan Pj Gubenrur Sulbar Akmal Malik di Pabrik Olahan Sabut Kelapa, Pamboang, Majene, Kamis 6 Januari 2023. --imran jafar/radarsulbar--

Semangat dan keberanian menjadi modal Adelia Dwi Puspita dan Aidilla Fitriani memulai usaha sabut kelapa. Kedua perempuan ini berhasil menembus pasar Internasional. Pahitnya kehilangan modal ratusan juta membulatkan tekad mereka membangun perusahaan sendiri dengan nama PT. Litani Abadi Nusantara. Omsetnya mencapai miliaran rupiah lalu menargetkan ekspor ke Eropa.

Laporan Imran Jafar, Majene

Bangunan sederhana berada tepat di pantai Desa Ba’ba Bulo, Kecamatan Pamboang. Sekira 200 meter dari jalan poros Transulawesi Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Di sanalah PT Litani Abadi Nusantara melakukan produksi kerajinan dari sabut kelapa.

Berbisnis sabut kelapa di Sulbar tentu tidak menyulitkan bagi Adelia dan Aidilla, mengapa tidak Sulbar sebagai daerah subur, kaya akan potensi komoditi kelapa. Banyak pengusaha kopra menganggap sabut kelapa hanya sebagain saja digunakan untuk keperluan dapur. Sisanya yang melimpah justru menjadi limbah.

Sebaliknya, kedua perempuan itu mampu menangkap peluang dari sabut kelapa.

“Kami melihat potensi sabut kelapa, dan banyak dari pengelola kopra hanya membuang sabut kelapa. Tidak dimanfaatkan sebagai kerajinan.
Kami berinovasi bagaimana agar limbah sabut kelapa bisa bernilai jual,” ujar Aidilla saat ditemui Kamis 6 Januari 2023.

Untuk mendapatkan bahan olahan, sabut kelapa, mereka berlangganan dengan pengusaha kopra. Harga beli Rp60 ribu per pickup, kadang lebih tinggi jika jaraknya agak jauh. Dari satu pickup itu bisa menghasilkan hingga Rp400 ribu.

Perempuan Alumni Universitas Dipanegara Makassar ini mulai menceritakan, Tahun 2019 mereka memulai bisnis mereka, menggali informasi dari para eksportir. Empat bulan pertama mereka pun mendapatkan pesanan. Sebagai awal berbisnis mereka terbantu dengan pabrik dari perusahaan milik rekan yang juga bergerak di bidang pengolahan kelapa.

Tahun 2020, mereka berhasil mendapatkan pesanan atau dokumen Purchase Order (PO) sebanyak lima kontainer. Sayangnya untuk memenuhi pesanan, pabrik milik rekanan hanya dapat menyelesaikan produksi dua kontainer.
Mereka terpaksa mencari pubrik lain. Tahun 2021 mereka kembali mendapat pesanan 7 kontainer dan hanya sanggup menyiapkan 3 kontainer.

Mereka terus mencari eksportir yang bersedia bekerjasama agar dapat memenuhi permintaan. Hingga mereka harus diperhadapkan masalah, tertipu oleh eksportir–modal ratusan juta yang mereka serahkan kepada pihak pubrik lenyap begitu saja.

“Tidak menutup kemungkinan kita ditipu. Saat itu kerjasama salah satu pubrik di Ponorogo, kami sudah DP, dan pada saat kunjungan kedua pabriknya sudah tidak ada. Kita rugi ratusan juta. dan ada beberapa supliyer juga yang menipu,” tutur Aidilla.

Meskipun begitu, Aidilla dan Adelia tidak menyerah, bisnis memang tak selamanya bicara untung, kadang kala kerugian yang dialami bagian dari cobaan dan belajar agar lebih matang dalam mengembangkan bisnis.

Karena itu, Kedua perempuan bersaudara itu memilih berdiri sendiri dalam menentukan kualitas produk sabut kelapa mereka. PT Litani Abadi Nusantara didirikan Desember 2021. Perlahan membuka pubrik sendiri menghidupkan ekspor sekaligus menjadi bagian dari pemulihan pasca Pandemi Covid-19.

“Di tahun 2022 kami berharap bisa membangun pabrik agar dapat mengontrol kualitas dan quantity sesuai dengan permintaan pembeli kami,” ungkapnya.

Aidilla tak sendiri dalam menjalankan perusahaannya, ia ditemani adiknya yang saat ini masih berstatus mahasiswa di Unsulbar, Adelia Dwi puspita. Kini mereka mengendalikan pubrik sendiri.

Ekspor hingga menembus pasar Korea, Cina dan Vietnam menjadi bekal mereka. Dengan berdirinya perusahaan sendiri mereka menargetkan ekspor ke Eropa.

Saat ini mereka hanya memiliki lima mesin pengolah sabut kelapa, itupun mesin hasil rakitan yang dibuat dengan modal Rp5 juta per satu mesin. Pengopersian masih secara manual dan mereka mempekerjakan 10 karyawan dalam menjalankan pengolahan sabut kelapa. Informasi yang didapatkan terdapat mesin modern hanya dijual di Negara Asia Selatan, Sri Lanka

Karena itu, kedua perempuan berjilbab itu memancarkan senyum ramah dan bahagia saat menerima tamu dari pejabat provinsi, tak lain adalah PJ gubernur Sulbar, Akmal Malik. Kamis 6 Januari 2023.

Kunjungan itu sebagai bentuk dukungan terhadap pemuda inspiratif. Adelia dan Aidilla pun menceritakan bagaimana mereka berjuang dalam memulai usahanya. Sewajarnya mereka mendapat dukungan dari Dirjen Otoda Kemendagri itu, mereka bakal dibantu pengadaan mesin.

Yang membuat Akmal terkesan adalah pengusaha muda ini tak kenal menyerah.
“Berkali kali kena tipu sampai kita punya trast seperti dialami Adelia dan Aidilla. Kita tidak boleh mental krupuk. Kita ingin anak pemuda itu mental petarung. Jangan satu kali kalah lemas, harus bangkit lagi,” kata Akmal Malik. (*)

  • Bagikan