Tekanan Inflasi Sulbar Terus Melandai

  • Bagikan
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri.

MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID — Tekanan inflasi di Sulbar terus melandai dari bulan ke bulan di tahun ini.

Tingkat inflasi Juli 2023 tercatat hanya 1,34 persen, lebih rendah ketimbang Juni 2023 yang sebesar 2,28 persen.

Koordinasi yang dikomandoi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulbar, pelan-pelan telah menunjukkan hasilnya. Kendati demikian, semua pemangku kepentingan tetap perlu mewaspadai lonjakan inflasi akibat faktor efek El Nino.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, inflasi Sulbar sebesar 1,34 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 113,87 pada Juli 2022 menjadi 115,40 pada Juli 2023. Hal itu berdasarkan hasil pemantauan harga eceran berbagai komoditas barang dan jasa yang dilakukan BPS pada Juli 2023.

Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri menuturkan, inflasi Sulbar Juli 2023 menjadi terendah di seluruh daerah di Pulau Sulawesi. “Dari 13 kota yang terdapat di Pulau Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Luwuk 4,77 persen dan terendah terjadi di Sulbar 1,34 persen,” kata Tina, dalam press rilis, di Kantor BPS Sulbar, Selasa 1 Agustus.

Menurutnya, inflasi di Sulbar terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar kelompok pengeluaran, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,98 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,34 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 6,43 persen dan beberapa kelompok lain.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,61 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,63 persen.

“Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yoy pada Juli 2023, antara lain beras, bensin, rokok kretek filter, ikan baronang, telur ayam ras, sewa rumah, kontrak rumah, angkutan antar kota, buku tulis bergaris, dan sabun detergen bubuk/cair. Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi yoy, antara lain ikan cakalang, ikan layang, minyak goreng, cabai rawit, dan bawang merah,” bebernya.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulbar, Gunawan Purbowo menuturkan, berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi bulanan berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, utamanya ikan cakalang, ikan layang, dan cabai merah.

“Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan hasil tangkapan ikan tangkap nelayan sejalan dengan peningkatan tinggi gelombang di perairan Sulawesi Barat dan peningkatan permintaan di tengah berkurangnya penyerapan hasil panen cabai merah,” jelasnya.

Di sisi lain, bawang merah, cabai rawit, dan ikan katamba mengalami deflasi. Penurunan harga bawang merah dan cabai rawit disebabkan oleh melimpahnya stok pasokan seiring dengan memasukinya puncak masa panen di beberapa sentra produksi. Sementara itu, deflasi pada ikan katamba ditengarai oleh kenaikan suplai dari Sulawesi Tengah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Sulbar, Abdul Waris Bestari mengaku, pihaknya akan terus melakukan upaya-upaya pengendalian inflasi hingga akhir tahun. Salah satunya adalah pasar murah. Kegiatan tersebut diyakini sangat mampu menekan harga di masyarakat.

“Ke depan kita akan laksanakan dua kali dalam sebulan. Semua komoditi dijual 10 persen di bawah harga pasar,” ungkapnya.

Waris pun mengimbau agar masyarakat saat ini tidak berperilaku boros pangan. Harus bisa bijak dalam mengonsumsi pangan. “Jangan memborong komoditas pangan, berikan kesempatan yang lain juga,” ungkapnya. (ajs)

  • Bagikan