Risiko Stunting, Bisa Jadi Ancam Generasi Masa Depan Indonesia

  • Bagikan
Ilustrasi pertumbuhan anak. --Dok. kemenkes--

JAKARTA, RADARSULBAR.CO.ID – Stunting menjadi salah satu permasalahan serius yang masih dihadapi Indonesia.

Ini merupakan kondisi kurang gizi kronis pada anak, stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama.

Akibatnya, pertumbuhan anak melambat dan tinggi badannya lebih kecil dari teman sebaya. Kelainan bentuk dapat terjadi di dalam rahim dan tidak terlihat sampai anak berusia dua tahun.

Menurut Kementerian Kesehatan, stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga memengaruhi perkembangan otak.

Itu dapat memengaruhi keterampilan, keberhasilan sekolah, dan produktivitas serta kreativitas saat dewasa.

Tidak semua anak kecil menderita stunting. Seorang anak dapat digolongkan stunting jika diukur tinggi badan dan hasilnya di bawah standar yang ditetapkan.

Mengukur berat badan juga penting untuk mengetahui apakah perawakan pendek disebabkan masalah gizi.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, stunting dan permasalahan kekurangan gizi lain yang terjadi pada balita erat kaitannya dengan kemiskinan.

Stunting umumnya terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein hewani dan nabati juga zat besi.

Di daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, sering kali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan primer rumah tangga.

Kementerian Kesehatan memberikan tips yang dapat membantu ibu dan anak terhindar dari stunting. Yakni aktif minum tablet penambah darah dengan anjuran 1 tablet per minggu untuk remaja putri dan 1 tablet per hari untuk ibu hamil (setidaknya 90 tablet selama kehamilan).

Selain itu, ibu hamil rutin memeriksakan kehamilannya minimal enam kali ke dokter, memenuhi kebutuhan protein hewani, kunjungi posyandu setiap bulan, dan pemberian ASI eksklusif dalam waktu 6 bulan. (jpg/*)

  • Bagikan