Dahsyatnya Wakaf

  • Bagikan

Rupanya persentase kenaikan keuntungan Mitra ke-10 sangat berkorelasi dengan kemajuan bisnis mereka, sehingga akhirnya diputuskan kembali bahwa keuntungan Sang Mitra ke-10 menjadi 50%.

Pembagian keuntungan itu bermuara kepada pembangunan sekolah dari SD hingga SMA. Seluruh siswanya bersekolah secara gratis. Tapi keuntungan terus bertambah, hingga akhirnya terbesit sebuah ide untuk membangun universitas di sebuah perkampungan kecil dekat kota mereka.

Awalnya ide pendirian universitas tersebut ditentang oleh pemerintah karena sulitnya akses ke lokasi kampusnya. Maka merekapun nekat membuat rel kereta api yang menghubungkan perkampungan tersebut dengan kota. Bahkan mereka juga membangun asrama mahasiswa, untuk putri berkapasitas 600 orang dan untuk putra berkapasitas 1000 orang. Semua fasilitas tersebut disediakan secara gratis bagi mahasiswa.

Universitas tersebut kemudian diberi nama Universitas Al-Azhar Tafahna. Di dekat kampus tidak lupa dibangun juga rumah sakit yang memiliki fasilitas modern dan diperuntukkan secara gratis bagi pasiennya.

Karena keuntungan terus berlipat ganda, maka akhirnya mereka kembali bersepakat bahwa keuntungan bisnisnya 100% akan diserahkan kepada mitra ke-10 mereka. Dengan kata lain, semuanya telah diwakafkan ke jalan Allah. Mereka bukan lagi pemilik perusahaan, tetapi justru menjadi pekerja atau karyawannya.

Maka surat-surat kontrak kerja kembali diperbaharui dan diserahkan ke notaris sebagai bentuk komitmen. Mereka bekerja semata-mata karena Allah. Hingga pada akhirnya Sholah Athiyah wafat pada 2016, membuat kurang lebih 500.000 warga di perkampungan itu merasa kehilangan saat menghantarkannya ke peristirahatan terakhirnya.

Kisah tersebut di atas dikisahkan oleh Ustaz Jalaludin, seorang alumni Mesir, di sela helatan Waqf Business Forum yang diselenggarakan Global Wakaf – ACT di Malang pada tahun 2020. Kemudian kisah tersebut dituliskan oleh Reza Mardhani di laman news.act.id.

Sebuah kisah yang sangat inspiratif, semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita. Wallahu a’lam bish-shawab. (***)

  • Bagikan