Kasus DBD Merajalela di Sulbar

  • Bagikan
Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (DBD).

MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sulbar, kini menyita perhatian.

Tahun ini angkanya sudah mencapai 402 kasus di enam kabupaten di Sulbar. Tiga di antaranya meninggal dunia.

Kendati demikian, pemerintah tidak menetapkan kasus tersebut dalam Kejadian Luar Biasa (KLB).

Angka-angka tersebut kemungkinan masih akan terus bertambah jika upaya pencegahan tidak segera dilakukan secara serius oleh pemerintah.

“Kita terus berkoordinasi dengan Dinkes setiap kabupaten di Sulbar, dengan tetap melibatkan peran lintas sektor di lapangan dan peran pemberdayaan masyarakat,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar, dr Darmawiyah, Sabtu 8 Juli.

Seperti memperkuat penyuluhan terkait Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) dan memperkuat imunitas tubuh. Dinkes juga terus melakukan pelacakan atau screening di lokasi pasien terpapar DBD.

“Kita lakukan pemberian fogging, abate dan suplemen vitamin serta mengkampanyekan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Terutama di tempat-tempat yang berpotensi ada jentik nyamuk,” tuturnya.

Ia menambahkan, pihaknya juga melakukan upaya-upaya kuratif, seperti penanganan pasien dengan memperkuat peran puskesmas dan RS.

“Terutama dalam melakukan penanganan cepat dan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa cepat agar tidak terlambat penanganannya,” ungkapnya.

Pengelola Program DBD Dinkes Sulbar, Irwan Adi Putra mengaku, penetapan status KLB tidak boleh sembarangan. Ada kriteria yang mesti terpenuhi. Seperti terjadinya peningkatan terus-menerus dan dibandingkan dengan peningkatan dalam sepekan dan bulanan terakhir.

“Kita juga lihat apakah meninggal karena DBD atau memang terlambat dibawa ke faskes. Karena kalau terlambat dibawa ke faskes memang berisiko,” ujarnya.

Sejauh ini, kata dia, kasus DBD di enam kabupaten di Sulbar masih bisa dikendalikan. Dinkes Sulbar terus melakukan monitoring dan evaluasi, dan menyiapkan logistik untuk digunakan dinkes kabupaten.

“Kabupaten Mateng menjadi perhatian, karena sebelumnya kasusnya di bawah angka sepuluh di bulan Juni, tapi di bulan Juli ada 44 kasus. Yang meninggal ada di Majene dan Mamuju karena terlambat dibawa ke faskes,” ungkap Irwan. (ajs/*)

*info data grafis bisa dibaca di koran Radar Sulbar edisi 10 Juli 2023.

  • Bagikan