Diduga DBD Santri Meninggal, Lima Bulan 136 Kasus DBD

  • Bagikan
Foto Ilustrasi.--Dok radarsulbar.co.id--

POLEWALI, RADARSULBAR.CO.ID – Hingga bulan Mei 2023 Dinas Kesehatan Polewali Mandar (Polman) mencatat terjadi 136 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kasus ini terjadi sejumlah kecamatan dan paling banyak di Wonomulyo, Matakali, Polewali, Luyo, Limboro dan Campalagian.

Penanggungjawab Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit DBD Dinkes Polman, Syaiful mengaku DBD sedang menjadi perhatian Dinas Kesehatan. Apalagi diduga salah seorang santri Ponpes di Batetangnga Binuang meninggal dunia akibat DBD.

Dari data DBD Dinkes Polman sampai Bulan Mei 2023 sebanyak 136 Kasus terbanyak di Wonomulyo 28 kasus. Kemudian Matakali 21 kasus, Polewali 19 kasus, Luyo 17 kasus, Limboro 15 kasus, dan Campalagian 10 kasus.

Dinkes terus berupaya dan memaksimalkan puskesmas, pustu desa, dan petugas kesehatan lainnya untuk galakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. Syaiful mengatakan paling utama yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah Menguras, Menutup dan Mengubur (3M).

“Paling tidak, supaya bisa menekan angka kasus DBD yang terus bertambah. Cara mengubur barang bekas yang bisa menampung air dan menggunakan obat anti nyamuk untuk kamar mandi. Apalagi sat ini sudah musim penghujan dimana ada air tergenang sebagai tempat nyamuk untuk berkembang biak,” tambahnya.

Sementara itu, seorang santri di Pondok Pesantren Ar Risalah Desa Batetangnga Binuang meninggal dunia diduga akibat DBD. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Rabu 28 Juni lalu seorang santri Ponpes Ar Risalah yang baru dua pekan mondok jatuh sakit yang kemudian meninggal dunia. Informasi yang diperoleh, Santri ini selesai bermain bola bersama dengan santri lainnya di halaman dekat mesjid pesantren.

Usai bermain bola disore hari, santri ini kemudian ke kamarnya untuk beristirahat dan setelah itu santri tersebut jatuh sakit dan dalam waktu dua hari sakitnya kian parah hingga harus dibawa ke Klinik Engsar Binuang yang berada di Kelurahan Ammasangan Kecamatan Binuang.

Namun karena kondisinya yang dianggap kritis pihak klinik kemudian merujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Depu Polewali namun naas santri tersebut tidak dapat tertolong.

Kepala Puskesmas Binuang Nurhayati yang dikonfirmasi menjelaskan, kematian salah seorang santri Ar Risalah Batetangnga ini belum dapat dipastikan apakah DBD atau bukan karena belum di lakukan pemeriksaan laboratorium.

“Kita tidak bisa pastikan benar DBD atau bukan tetapi itu gejalanya khas, korban sempat tertangani dibawa ke Klinik Engsar lalu dirujuk ke RSUD,” jelas Nurhayati.

Ia juga menyampaikan, untuk kasus yang terindikasi DBD di Puskesmas Binuang baru kasus santri ini yang ada sepanjang tahun ini sementara tahun sebelumnya tidak ada kasus.

Sementara itu, Pihak Ponpes Ar Risalah yang coba dikonfirmasi via whatsapp tidak memberikan tanggapan terkait adanya salah satu santri yang meninggal diduga karena DBD. (*)

  • Bagikan