Andi Ruskati: Sosialisasi Terus, Tidak Bisa Bosan Ingatkan Masyarakat Bahaya Stunting

  • Bagikan
Kepala BKKBN Sulbar Nuryamin dan Anggota DPR RI Andi Ruskati Ali Baal foto bersama dengan masyarakat yang mendapatkan doorprize.

POLMAN, RADARSULBAR – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulbar bersama Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal kembali menggelar kampanye penurunan stunting di Desa Tapango Kecamatan Tapango, Kabupaten Polman, Minggu, 30 Oktober 2022.

Pesertanya sebanyak 140 orang dari masyarakat Desa Tapango dan sekitarnya. Hadir pula, Kepala Desa Tapango, Sahibong Tarmidzi dan Camat Tapango H. Hasdi beserta jajarannya.

Andi Ruskati mengatakan, BKKBN sebagai ketua percepatan penurunan stunting diberikan target oleh Presiden RI Joko Widodo menurunkan angka stunting sebesar 14 persen secara nasional, termasuk di Sulbar.

Saat ini, untuk Kabupaten Polman, angka stuntingnya sebesar 33,8 persen. Ini masih sangat tinggi dari target yang diberikan. Oleh sebab itu, semua harus terlibat bahu membahu menurunkan angka stunting di Polman.

“Kita harus terus menerus mensosialisasikan pencegahan stunting dan bahaya yang ditimbulkan kepada masyarakat. Kita tidak bisa bosan mengingatkan masyarakat untuk terus mengikuti program pemerintah untuk mencegah terjadinya pernikahan muda pada anak,” ujar Andi Ruskati saat menyampaikan materi terkait stunting.

Ini harus dilakukan, lanjut Andi Ruskati, agar generasi yang akan datang bisa dilahirkan dengan sehat, dan cerdas, sehingga menjadi pemimpin yang membawa perubahan di daerah ini.  

“Kita menginginkan anak yang lahir di Sulbar, khususnya Desa Tapango bisa menjadi pemimpin yang mampu menghadirkan inovasi-inovasi hebat yang membuat daerah ini menjadi maju dan mensejahterakan penduduknya. Ini hanya bisa terjadi, jika anak yang dilahirkan bebas dari stunting. Kita tidak ingin daerah ini di pimpin oleh orang luar. Kita ingin dari perangkat desa, camat, DPRD, bupati sampai yang terendahnya semua di isi oleh putra putri daerah ini. Tapi kalau kita tidak bisa menurunkan angka stunting disini, maka bisa saja semua jabatan strategis diisi orang dari luar Sulbar,” paparnya.

Tak hanya itu, orang tua juga harus menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Jika ada yang melamar, tolak dulu, biarkan dulu anak mengenyam pendidikan hingga bergelar S1 minimal.

Apalagi saat ini, untuk menempuh pendidikan, pemerintah menyiapkan beasiswa untuk anak yang tidak mampu dan melalui beasiswa anak yang berprestasi. Jadi tidak ada alasan untuk anak tidak melanjutkan sekolahnya. 

“Ini juga salahsatu cara untuk menghindarkan anak kita dari pernikahan muda. Kita harus mematuhi peraturan yang dibuat pemerintah. Usia menikah untuk anak pada usia 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan. Tapi jika mengikuti paeraturan BKKBN, usia menikah anak laki-laki 25 tahun dan perempuan 21 tahun,” ujarnya. 

Sub Koordinator Penggerakan, Advokasi dan KIE BKKBN Sulbar, Nasrullah mengatakan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada seorang anak disebabkan oleh karena kekurangan gizi kronis dan penyakit.

Ada 14 indikator penyebab stunting di Indonesia. Penyebab pertama adalah, kurangnya asupan air susu ibu (ASI) kepada anak. 

“Berbicara tentang stunting, ada lima sasaran yang harus diperhatikan yaitu, menjaga kesehatan remaja putri khusisnya calon pengantin dengan rutin mengkonsumsi vitamin penambah darah; ibu hamil dan melahirkan selama sembilan bulan minum vitamin dan periksakan kehamilan ke puskesmas selama enam kali serta memberikan ASI kepada anak minimal enam bulan; ber KB setelah melahirkan dan tunda kehamilan; Baduta, Balita dan Pasangan Usia Subur (PUS),” ujarnya.

Sementara itu, Camat Tapango H. Hasdi menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada BKKBN Sulbar dan Anggota DPR RI yang sudah melaksanakan kampanye percepatan penurunan stunting di Desa Tapango.

Ia menjelaskan, Tahun 2021, Kecamatan Tapango masuk dalam lokus stunting. Namun berkat kerjasama oleh semua pihak, Bulan Oktober 2022, prevalensi stunting  sudah diposisi 28 persen.

“Salahsatu yang kami lakukan untuk menurunkan angka stunting adalah melakukan sosialisasi yang massif kepada warga tentang stunting. Selain itu, kita juga melaunching posyandu disetiap desa dan kelurahan serta berkolaborasi kepada seluruh instansi terkait, seperti BKKBN dan KUA,” ujarnya.

Kepala Desa Tapango Sahibong Tarmidzi berharap kepada seluruh masyarakat untuk terlibat dalam menurunkan prevalensi stunting di Desa Tapango. Tidak bisa permasalahan stunting hanya dibebankan kepada pemerintah. Masyarakat harus menjadi ujung tombak dalam menggerakkan dan menjalankan program yang dicanangkan pemerintah supaya bisa terlepas dari stunting.

“Alhamdulillah, berkat kerjasama seluruh kader Desa Tapango, saat ini kita sudah terlepas dari kategori lokus desa stunting. Ini juga tak terlepas dari bantuan BKKBN  yang tidak pernah lelah memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Tapi kita tidak bisa jumawa, kita harus terus meningkatkan kinerja,” ujarnya. (ian)

  • Bagikan