Andi Ruskati: Cegah Anak Putus Sekolah untuk Menghindari Pernikahan Muda dan Stunting 

  • Bagikan
Kepala BKKBN Sulbar Nuryamin dan Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal foto bersama dengan peserta.

POLEWALI, RADARSULBAR — Penyumbang tertinggi stunting di Sulbar yaitu tingginya pernikahan anak. Sementara itu, salahsatu penyebab anak menikah muda adalah, putus sekolah. 

Penyebab anak putus sekolah beragam, ada karena faktor ekonomi, kurangnya minat anak untuk sekolah, faktor lingkungan, faktor komunikasi internal keluarga, faktor sosial serta faktor kesehatan.

Khusus faktor kesehatan dan kurangnya minat anak untuk bersekolah biasanya diakibatkan anemia yang diderita remaja putri. Oleh sebab itu, agar anak terhindar dari anemia, maka sebaiknya remaja usia SMP dan SMA rutin diberikan vitamin tablet penambah darah. 

“Gejala anak anemia itu, loyo dan malas bergerak, sehingga mengakibatkan malas untuk bersekolah dan akhirnya putus sekolah. Kalau sudah putus sekolah, menikah muda. Inilah salahsatu penyebab stunting,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal pada acara kampanye percepatan penurunan stunting yang digelar BKKBN Sulbar di Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Sabtu, 17 September 2022.

Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat berbeda, yakni, di Aula Bumdes Desa Bonra dan di MAN 1 Polewali bersama Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) MAN 1 Polewali beserta guru. Total pesertanya sebanyak 140 orang.

Andi Ruskati menambahkan, saat ini stunting di Sulbar sebesar 44 ribu orang atau 33,4 persen. Sulbar di posisi ke dua dari 34 provinsi se Indonesia. Sementara, untuk pernikahan anak, Sulbar berada di posisi pertama se Indonesia.

“Kita terkenal karena angka pernikahan anak dan stunting, bukan terkenal karena prestasinya. Selain itu angka perceraian kita juga tinggi. Ini sangat memalukan bagi kita semua. Oleh sebab itu, mari kita cegah terjadinya pernikahan anak di Sulbar,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Kepala BKKBN Sulbar Nuryamin mengatakan, faktor utama terjadinya stunting pada anak adalah kekurangan gizi dimulai sejak hari pertama kehidupan dan ibu yang tidak rutin memeriksakan kehamilan.

“Anak-anak yang stunting mudah terserang penyakit kronis yang membutuhkan biaya sangat mahal. Seperti, penyakit stroke, diabetes, jantung, dan lainnya,” ujarnya. 

Anak yang stunting jika dibiarkan tanpa perawatan, akhirnya diusia 15 tahun keatas, gampang terserang penyakit kritis dan tidak sekolah, karena anak stunting tidak bisa berfikir. 

“Akhirnya hanya tinggal dirumah dan sakit-sakitan yang akan menjadi beban keluarga dan negara. Oleh sebab itu, jika ditemukan anak yang lahir memiliki ciri-ciri stunting maka harus secepatnya diberikan penanganan. Berikan vitamin, berikan makanan bergizi, dan rutin diperiksakan ke rumah sakit,” tutupnya. (ian) 

  • Bagikan