Virus PMK Sudah Masuk di Sulbar, Perketat Pintu Perbatasan

  • Bagikan
Petugas saat menyuntikan vitamin pada seekor sapi. --dok jawapos--

MAMUJU, RADAR SULBAR — Segala upaya antisipasi yang dilakukan agar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tak masuk ke Sulbar, tampaknya tak mujur. Itu setelah tiga ekor kerbau di Kabupaten Mamasa dinyatakan positif PMK.

Kurangnya pengawasan di daerah perbatasan diduga menjadi pemicu masuknya virus tersebut. Terlebih tiga ekor kerbau itu berada di Kecamatan Tabang, Mamasa, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja, Sulsel. Sementara, virus PMK sudah lebih dulu merebak di sana.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Sulbar, Nur Kadar menyatakan, tiga dari empat ekor kerbau di Mamasa yang diuji di laboratorium Balai Besar Veteriner Maros, terkonfirmasi positif virus PMK. Itu artinya, Sulbar menjadi provinsi ke 24 di Indonesia yang terjangkit virus PMK.

“Kalau bagaimana virus ini masuk ke Mamasa, itu belum bisa kami pastikan. Karena Tabang berbatasan langsung dengan Tana Toraja yang lebih dulu sudah positif PMK,” kata Kadar, kepada Radar Sulbar, Minggu 7 Agustus.

Apalagi, kata dia, media yang mampu membawa virus tersebut bisa bermacam-macam, selain kontak langsung antara ternak satu dengan ternak lainnya. Perlu penelitian lebih jauh untuk mengungkap awal penyebarannya.

“Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan atau pakaian yang terkontaminasi. Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang, dll). Tersebar melalui udara, angin, dan daerah beriklim khusus,” jelasnya.

Rencananya, hari ini, Senin 8 Agustus, DTPHP Sulbar dan Pemkab Mamasa akan melakukan audiens untuk membahas langkah-langkah penanggulangan PMK. DTPHP Sulbar juga telah melakukan rapat bersama Balai Karantina Pertanian Mamuju.

“Pengobatan dan pemantauan ternak terus dilakukan. Termasuk penutupan wilayah kecamatan tertular. Serta koordinasi ke dirjen peternakan untuk meminta bantuan vaksin PMK dan obat-obatan dan pengetatan lalu lintas ternak antar kabupaten dan antar provinsi,” bebernya.

Fungsional Medik Veteriner, DTPHP Sulbar, drh Syukur Hamdan meminta peternakan di Sulbar harus tetap waspada. Jika ditemukan ada sapi atau kerbau yang memiliki gejala, seperti munculnya lepuh yang berisi cairan atau luka pada lidah, gusi, hidung maka sebaiknya segera dikarantina dan dilaporkan.

“Ciri lainnya juga adalah hewan tidak mampu berjalan atau pincang, air liur berlebihan, hilang nafsu makan, dan sebagainya,” terangnya.

Kasus Jembrana di Pasangkayu

Sementara di Pasangkayu, DTPHP Sulbar bakal membawa vaksin Jembrana hari ini. Termasuk vitamin dan obat-obatan lainnya. Penyuntikan vaksin dijadwalkan pada Selasa atau Rabu, besok.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, DTPHP Sulbar, Nur Kadar mengaku, selain vaksin, ada juga obat-obatan dan sarana prasarana lainnya yang akan dibawa ke Pasangkayu.

“Mungkin Selasa atau Rabu teman-teman peternakan Pasangkayu sudah mulai melakukan vaksinasinya. Vaksin yang tersedia ada 3.000 dosis. Sedangkan kita target 1.500 ekor sapi jenis bali yang nantinya divaksin,” ungkapnya.

Setelah vaksin pertama selesai, Kadar mengaku, pihaknya bakal kembali melakukan vaksin kedua sebulan kemudian. Hal itu dilakukan untuk menjaga sapi agar tidak lagi tertular virus Jembrana. (ajs)

  • Bagikan