MAMUJU, RADAR SULBAR – Cuaca ekstrem yang terjadi secara tiba-tiba mengakibatkan kerusakan luas pada permukiman dan fasilitas umum di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Bencana angin puting beliung melanda Desa Kayu Calla, Kecamatan Karossa, pada Sabtu malam (26/7/2025) sekitar pukul 20.30 WITA.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat, tercatat sebanyak 38 kepala keluarga (KK) terdampak langsung. Dari jumlah tersebut, lima rumah mengalami kerusakan berat, 14 rumah rusak sedang, dan 52 unit lainnya rusak ringan. Selain itu, satu sekolah dasar, satu taman kanak-kanak, satu gereja, dan satu kantor desa turut mengalami kerusakan akibat bencana ini.
Menanggapi kejadian tersebut, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Mamuju Tengah langsung diterjunkan ke lokasi untuk melakukan evakuasi, asesmen, serta pembersihan pohon tumbang yang menutup akses jalan dan menimpa rumah warga.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Sulawesi Barat, M. Yasir Fattah, menyampaikan bahwa BPBD Mamuju Tengah telah bergerak cepat dalam melakukan penanganan awal. “Bantuan darurat seperti tenda dan kebutuhan pokok terus disalurkan,” ungkapnya, Senin (28/7/2025).
Yasir menjelaskan bahwa bencana ini merupakan bagian dari fenomena hidrometeorologi ekstrem yang dipicu oleh angin kencang. Pihaknya menerima laporan langsung dari BPBD Mamuju Tengah sesaat setelah kejadian.
BPBD Sulbar telah menginstruksikan BPBD kabupaten untuk segera melakukan penanganan sesuai skala kebutuhan serta menyampaikan daftar kebutuhan mendesak ke Pemerintah Provinsi Sulbar untuk dikoordinasikan bersama instansi terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, serta TNI dan Polri.
“Sebagian besar warga yang rumahnya rusak kini ditampung sementara di lokasi yang aman. Kami juga meminta BPBD kabupaten terus memperbarui informasi cuaca kepada masyarakat serta melakukan sosialisasi kebencanaan,” tambah Yasir.
Ia menekankan pentingnya edukasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan arahan Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka (SDK), yang menekankan perlunya memperkuat sistem mitigasi dan kolaborasi antar lembaga dalam setiap penanganan bencana.
“Edukasi kepada masyarakat di daerah rawan menjadi kunci utama. Kita butuh kesadaran kolektif agar risiko bencana bisa ditekan sekecil mungkin,” tegas Yasir. (*)