Produksi Beras Indonesia Terus Melonjak, Hentikan Impor Bikin Penjualan Thailand Melemah

  • Bagikan

JAKARTA, RADAR SULBAR — Ketahanan pangan Indonesia perlahan lepas dari ketergantungan terhadap pasar global. Semakin optimis menuju swasembada.

Hal ini juga diakui Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA ). Indonesia terus menambah produksi panen bahkan sudah menghentikan pembelian beras dari Thailand.

Menurut laporan Rice Outlook April 2025 dari USDA, produksi beras Indonesia pada musim 2024/2025 diperkirakan menyentuh 34,6 juta ton naik 600 ribu ton dari proyeksi bulan lalu, dan tumbuh 4,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan ini bukan kebetulan. Luas panen Indonesia meningkat ke 11,4 juta hektare, didorong oleh curah hujan yang konsisten sepanjang awal 2025. Panen utama yang menyumbang sekitar 45% dari total produksi sedang berlangsung, dengan panen tambahan diproyeksikan pada Juli-Agustus dan akhir tahun.

Pemerintah Indonesia pun memutuskan tidak lagi mengimpor beras dari Thailand. Keputusan ini berdampak langsung terhadap ekspor Negeri Gajah Putih yang kini menghadapi tekanan akibat harga jual tertinggi di antara eksportir Asia.

“Penjualan Thailand ke Indonesia sangat lemah,” tulis USDA dalam laporan itu. Indonesia bukan lagi pasar andalan mereka.

Langkah Indonesia berdikari memicu efek domino di Asia Tenggara. Thailand, yang selama ini menjadi lumbung beras ekspor kawasan, harus menerima kenyataan pahit. Ekspor mereka diprediksi anjlok 29,2 persen akibat lemahnya penjualan, terutama ke Indonesia.

Sebaliknya, Kamboja mencatat lonjakan produksi hingga 7,8 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah mereka. Luas tanam dan hasil panen meningkat berkat penggunaan benih unggul dan cuaca bersahabat.

Sementara Vietnam, meski stabil, kini harus berbagi pangsa pasar dengan tetangganya yang makin agresif. Filipina dan Singapura tetap menjadi importir besar, mencerminkan tantangan domestik yang belum tuntas.

Penurunan impor Indonesia dari hampir 5 juta ton menjadi hanya 800 ribu ton pada 2025 menjadi sorotan tersendiri. Dalam lanskap global, negara-negara seperti Côte d’Ivoire, Senegal, dan bahkan Singapura justru meningkatkan pembelian karena harga internasional yang melemah. Tapi Indonesia mengambil jalur berbeda.

Dengan cadangan beras (ending stocks) yang naik ke hampir 5 juta ton, Indonesia memasuki babak baru dalam kemandirian pangan. Langkah ini tak hanya strategis dari sisi geopolitik dan fiskal, tapi juga menjadi pesan simbolik bahwa negeri ini tak lagi sekadar pasar. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version