Ketiga adalah Pendidikan umum, melalui penanaman ilmu dan taqwa, antara lain LDII membangun pondok karakter, dan juga Sekolah pamong Stakeholder yang diperuntukkan untuk calon-calao da’i dan pemimpin.
Keempat adalah kluster kesehatan, pentingnya pemberian gizi yang memadai, penanganan penyakit dengan metode herbal. Program ini juga dapat membantu penanganan stunting.
Kelima adalah informasi teknologi digital, ini bukan menghilangkan tenaga manusia, tapi justru membuka peluang untuk lapangan kerja baru. Dengan teknologi digital diharapkan dapat memberi informasi yang lebih cepat dan akurat.
Keenam yaitu Pertanian dan lingkungan hidup. Implementasinya adalah ketahanan pangan dan Pembangunan yang berkelanjutan. LDII sudah membangun 3 proklim Program Kampung Iklim).
“Ini bermanfaat untuk kita dan sekeliling kita. Ini juga untuk mencegah krisis pemanasan global. Di kutub utara, gletser sudah mulai mencair karena kenaikan suhu global 0,5 derajat per tahun. Dapat dibayangkan bila makin banyak es dikutub mencair terhadap kenaikan level permukaan air laut di Indonesia,” paparnya.
Yang ketujuh, lanjut Chriswanto adalah Ekonomi Syariah, LDII lebih pada pola partnership bukan competition, bekerjasama untuk maju bersama. Pengembangan ekonomi berbasis masjid. LDII menjalin MoU dengan pihak Bank Syariah, BSM, BSI, dll dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan yang ada dalam LDII seperti Usaha Bersama, Baitul Maal, dll.
Yang terakhir yakni Energi Baru Terbarukan (EBT). LDII sangat konsern dengan EBT. Ponpes LDII sudah menggunakan PLTS baik yang di Jawa Timur maupun yang di Jakarta, pusat-pusat produksi (perkebunan teh di Ngawi, dll) menggunakan PLTMH.
“Ini sebagai kepedulian LDII terhadap ancaman pemanasan global, dan mengurangi konsumsi Bahan bakar fosil,” ujarnya.