Berhasil Tekan Inflasi, Dana Insentif Menanti

  • Bagikan
MONITORING. Stasiun Karantina Pertanian (SKP) Mamuju memonitoring harga dan ketersediaan ikan di Pasar Regional Mamuju, beberapa waktu lalu. --Adhe Junaedi Sholat/Radar Sulbar--

MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID – Tingkat inflasi di Sulbar terus menunjukkan trend positif. Sulbar masih menjadi provinsi dengan tingkat inflasi paling rendah di Indonesia dengan 2,96 persen pada periode April 2023.

Angka itu terus menurun dari bulan ke bulan di tahun yang sama. Inflasi Februari 2023 dengan inflasi sebesar 4,26 persen dan Inflasi Maret 2023 dengan angka 3,89 persen.

Pemprov Sulbar pun optimis daerah ini bisa mendapat “kado” Dana Intensif Daerah (DID) senilai puluhan miliar rupiah dari pemerintah pusat seperti yang telah diterima tahun lalu.

“Kemarin (tahun lalu) kita dapat Rp 23 miliar. Tapi hitungan saya bakal bisa lebih besar karena kita dua bulan berturut-turut menjadi provinsi dengan inflasi paling rendah di Indonesia,” kata Pj Gubernur Sulbar, Akmal Malik, pekan kemarin.

Jika Sulbar kembali berhasil mendapatkan bantuan tersebut, Akmal mengaku, anggaran itu bakal tetap digunakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulbar untuk terus menekan inflasi.

“Tahun lalu kita beli eksavator, cultivator, bangun pabrik es dan beberapa lainnya. Saya mau yang ril-ril saja. Cultivator itu digunakan di Majene, makanya produksi bawang di sana naik,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulbar Khaerudin Anas menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya untuk melakukan pengendalian terkait kondisi inflasi yang ada.

Termasuk melakukan monitoring harga ikan dan ketersediaan ikan yang menjadi penyumbang inflasi. “Kami bersama BPS, membangun kerja untuk saling tukar data, apa yang menjadi catatan BPS itu kita jadikan bahan untuk melakukan intervensi program di lapangan,” tandasnya. (ajs)

Sementara, Kepala BPS Sulbar Tina Wahyufitri menjelaskan setelah beberapa bulan mengalami inflasi, pada April 2023 dari bulan ke bulan, Sulbar mengalami deflasi sebesar 0,18 persen.

“Deflasi sebesar 0,18 persen merupakan deflasi pertama 2023 setelah bulan sebelumnya Mamuju alami Inflasi. Deflasi dipicu oleh kelompok pengeluaran yaitu makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,36 persen dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,02 persen,” urai Tina.

Sementara kelompok pengeluaran lainya mengalami Inflasi meski dengan andil yang cukup kecil, di antaranya pakaian dan alas kaki 0,1 persen, transportasi 0,5 persen dan lainnya sebesar 0,01 persen.

Berdasarkan komoditas, kata dia, terdapat tiga komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan April yang mengalami penurunan yaitu.

“Tiga komoditas utama yang mengalami penurunan harga yaitu ikan cakalang -0,15 persen, cabai merah -0,07 persen, dan ikan layang 0,06 Persen,” ujarnya.

Sementara untuk tiga komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan yaitu rokok kretek 0,05 persen, angkutan antar kota 0,04 persen, dan baju muslim anak 0,03 persen.

“Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan harga-harga tahun lalu. Inflasi didorong karena adanya kenaikan harga pada kelompok pengeluaran transportasi yang menjadi penyumbang terbesar dengan andil 1,63 persen,” beber Tina. (ajs)

  • Bagikan