Malaria Masih Jadi Ancaman di Asia Tenggara Termasuk Indonesia

  • Bagikan
ILUSTRASI. Selain Covid-19, para ahli juga masih mengingatkan ancaman zoonosis lainnya yakni malaria. --Dok. Jawa Pos--

RADAR SULBAR – Adanya pandemi Covid-19 memberi pelajaran bahwa ancaman penyakit zoonosis atau sebuah ancaman penyakit melompat dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Selain Covid-19, para ahli juga masih mengingatkan ancaman zoonosis lainnya yakni malaria.

Dalam AAHCI Southeast Asia Regional Meeting 2023, sesi gelar wicara pada kegiatan ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut mengusung tema Infectious Disease Threats in the 21st Century: Preparedness and Response. Ahli Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara (USU) dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A, Ph.D mengangkat topik ‘A One Health Approach to Address the Emerging Threat of Zoonotic Malaria: the ZOOMAL Project’. Ia menyuguhkan fakta bahwa Indonesia belum berhasil memenuhi target Global Technical Strategy (GTS) 2020 milestone terkait morbiditas dan mortalitas terhadap infeksi malaria.

“Eliminasi malaria menjadi isu prioritas yang harus dikejar mengingat dampak infeksi parasit ini yang tak jarang memicu kematian,” katanya dalam paparannya baru-baru ini.

Tantangan di Indonesia

Menurutnya, Spesies Plasmodium knowlesi (P. knowlesi), salah satu parasit pencetus infeksi malaria di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini memicu tantangan tersendiri dalam eliminasi infeksi malaria.

Pola penularan P. knowlesi dari hewan kera (zoonotik) yang diperantarai gigitan nyamuk disinyalir menjadi penyebab sulitnya eradikasi malaria di Indonesia. Pemanfaatan hutan sebagai lahan terbuka, hunian, atau bagian dari ekspansi industri agrikultur dipercaya menjadi penyebab peningkatan kasus penularan malaria zoonotik di kawasan Asia Tenggara.

“Kondisi ini tentunya menjadi peringatan penting untuk menciptakan regulasi yang mampu mengakomodasi secara paralel antara upaya penekanan insidensi malaria dan pemanfaatan lahan tepat sasaran. Untuk itu, integrasi multidisiplin amat diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil mampu menyokong kepentingan tersebut,” ungkapnya.

ZOOMAL project hadir sebagai program yang melibatkan beberapa institusi pendidikan dan penelitian skala nasional maupun internasional dalam upaya mengendalikan kasus malaria zoonotik. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan deteksi kasus serta evaluasi hubungan antara pembukaan lahan dan transmisi malaria zoonotik.

Selain itu, program ini juga penting untuk melihat persebaran vektor nyamuk dan kera sebagai agen penular malaria zoonotik di hutan Indonesia. Data yang terkumpul dalam kegiatan ini kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan kebijakan serta intervensi yang tepat untuk mencapai eliminasi malaria Indonesia pada tahun 2030.

2030 Bebas Malaria

Dalam laman Kementerian Kesehatan, Indonesia ditargetkan bebas malaria di tahun 2030. Sebanyak 5 regional telah ditetapkan sebagai target eliminasi untuk mencapai bebas malaria.

Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di beberapa wilayah Indonesia, terutama pada kawasan timur Indonesia. Jumlah kasus malaria di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 304.607 kasus, jumlah ini menurun jika dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2009, yaitu sebesar 418.439. Sehingga, berdasarkan jumlah kasus tersebut diketahui angka kasus kesakitan malaria, yang dinyatakan dengan indikator Annual Paracite Incidence (API) sebesar 1,1 kasus per 1000 penduduk. (jpg)

  • Bagikan

Exit mobile version