Amerika Lolos Dari Jurang Resesi, IHSG Pekan Ini Berpeluang Menguat

  • Bagikan
Ilustrasi IHSG --Pexels--

JAKARTA, RADARSULBAR – Amerika lolos dari jurang resesi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat sepanjang pekan ini.

Lolosnya perekonomian Amerika Serikat dari resesi pada kuartal III-2022, diyakini bakal membawa angin segar bagi investasi di dunia, termasuk di Indonesia.

Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee, mengatakan membaiknya ekonomi Amerika memberikan gambaran bahwa resesi global kemungkinan hanya angin lalu, dan akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

“IHSG berpeluang konsolidasi menguat pekan ini dengan support di level 7.017-6.809 dan resistance di 7.108-7.225,” kata Hans kepada awak media di Jakarta, dikutip Senin 31 Oktober 2022.

Amerika mencatatkan pertumbuhan ekonomi 2,6 persen pada kuartal III-2022. Realisasi ini menjauhkan AS dari ancaman resesi global.

Data Departemen Perdagangan menyebutkan pertumbuhan ekonomi AS ditopang kinerja perdagangan yang kuat. Adapun kinerja perdagangan AS didorong ekspor minyak bumi.

Semula banyak kalangan memproyeksikan AS masuk jurang resesi pada 2023, seiring pelemahan ekonomi negara dibayangi lonjakan inflasi.

Kekhawatiran resesi meningkat, sebab selama dua kuartal berturut-turut Amerika mengalami pertumbuhan yang negatif.

Ekonomi AS hanya tumbuh 1,8 persen pada kuartal II-2022, jauh lebih rendah dibandingkan kuartal I-2022, yakni 3,70 persen.

“Faktor kedua, The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan November 2022, tetapi mungkin melambat pada pertemuan Desember 2022. Ini akan menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar keuangan,” ujar Hans.

Pejabat Federal Reserve dikabarkan mulai terbelah mengenai kebijakan moneter mereka. Sebagian menginginkan pelonggaran kebijakan moneter mulai Desember tetapi sebagian lainnya tetap ingin melanjutkan kebijakan hawkish.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 300 bps pada tahun ini ke kisaran 3,0-3,25 persen.

Sejak memberlakukan kebijakan moneter Fed Funds Rate (FFR) pada 1990, The Fed tidak pernah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps selama empat kali beruntun.

“Ketiga, laporan keuangan emiten yang solid baik di pasar saham dalam negeri maupun luar negeri menjadi salah satu amunisi penguatan IHSG,” tutur Hans. (fin)

  • Bagikan