POLEWALI RADAR SULBAR — Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Polewali Mandar. Hingga akhir September 2022 terkonfirmasi sudah ada tujuh ibu yang meninggal saat proses melahirkan.
Ketujuh ibu yang meninggal saat melahirkan ini terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Batupanga Kecamatan Luyo ada empat kasus. Kemudian dua kasus di Puskesmas Matakali dan satu kasus di Puskesmas Tinambung.
Walaupun angka ini menurun dibanding periode yang sama pada tahun 2021 lalu, Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar saat menghadiri rapat monitoring dan evaluasi (Monev) triwulan III di ruang pola Kantor Bupati Polman, Kamis lalu berharap angka kematian ibu melahirkan ditekan.
Andi Ibrahim Masdar berharap setiap puskesmas untuk membuat inovasi agar AKI dan Angka Kematian Balita (AKB) dapat ditekan. Bahkan Ia memberi motivasi kepada puskesmas jika berhasil menekan AKI dan AKB akan mendapat reward dari Pemkab Polman.
”Dibandingkan September 2021 lalu yang berjumlah AKI ada 12 kasus terjadi penurunan tapi kita meski khawatir dengan adanya tujuh kasus kematian ibu melahirkan hingga September 2022 ini. Ia berharap puskesmas mencari solusi dan penyebab adanya angka kematian ibu melahirkan ini,” tegas Andi Ibrahim Masdar.
Guna menghindari lonjakan kasus di Polman, Andi Ibrahim Masdar berharap Dinas Kesehatan dan Puskesmas terus menggalakkan langkah antisipasi, satu diantaranya dengan memberikan paket suplemen vitamin dan penambah darah bagi ibu hamil.
”Saya harap Dinkes, Dinas P2KBP3A, Puskesmas serta penyuluh KB aktif memberikan edukasi kepada ibu hamil bagaimana reproduksi yang sehat. Termasuk bekerjasama dengan Kemenag untuk sosialisasi larangan pernikahan dini. Bagi ibu hamil agar diperiksa terus kandungannya hingga melahirkan,” tandasnya.
Sementara data Angka Kematian Bayi (AKB) hingga bulan Agustus 2022 sebesar 9,7 persen dari 5.523 kelahiran bayi di Kabupaten Polman. Artinya ada 54 kasus AKB di Polman selama periode delapan bulan. Dimana AKB dihitung dengan rumus jumlah kematian bayi dibagi jumlah kelahiran hidup dikali 1.000.
Sementara Kepala Puskesmas Batupanga, Suyuti menjelaskan adanya empat kasus kematian ibu melahirkan di wilayah kerjanya karena beberapa faktor. Salah satunya karena pemahaman keluarga pasien yang masih kurang dan enggan melahirkan di layanan kesehatan.
Ia mencontohkan salah satu kasus kematian dimana pasien tersebut sudah diberi pemahaman oleh bidan yang bersangkutan harus melahirkan di rumah sakit karena ada riwayat penyakit bawaannya. Tetapi suami pasien tersebut enggan dibawa ke rumah sakit tapi diam diam melahirkan di rumah sehingga terjadi pendarahan hingga beberapa hari meninggal. Ada juga kasus ibu hamil memiliki riwayat jantung, usai melahirkan saat masa nifas meninggal. Sementara dua kasus di Desa Sambali Bali dan Luyo, kasus AKI ini karena keracunan kehamilan atau eklamsi.
”Baru baru ini hampir lagi terjadi kasus kematian ibu. Sebelumnya bidan desa dan Kades sudah membujuk ibu hamil dan keluarganya agar dirujuk ke puskesmas tetapi yang bersangkutan enggan melahirkan di pelayanan kesehatan. Terpaksa puskesmas meminta bantuan Camat Luyo yang menemui langsung keluarga tersebut sehingga mau dirujuk ke puskesmas untuk melahirkan. Alhamdulillah bayi dan ibunya selamat usai melahirkan,” tandasnya.
Pihaknya terus berupaya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar melahirkan di layanan kesehatan agar cepat ditangani jika terjadi sesuatu yang dapat mengakibatkan kematian ibu maupun bayinya. (*)