Cabai dan Tomat Mahal di Polman: Harga Naik 25 Persen, Pangan Lain Aman

  • Bagikan
Aktifitas seorang pedagang cabai dan bawang di Pasar Sentral Pekkabata.

POLMAN, RADAR SULBAR – Harga cabai dan tomat di pasar tradisional Kabupaten Polman terus merangkak naik dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan ini dipicu minimnya pasokan akibat cuaca yang tidak menentu, menyebabkan banyak tanaman petani mengalami gagal panen.

Pantauan di Pasar Sentral Pekkabata, Kecamatan Polewali, Selasa (8/7), menunjukkan kenaikan signifikan. Harga cabai merah besar naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu per kilogram atau naik 25 persen dibanding pekan lalu.

Sedangkan Cabai merah keriting dari Rp 28 ribu menjadi Rp 33 ribu per kilogram (naik 17,8 persen), dan cabai rawit merah naik tipis dari Rp 48 ribu menjadi Rp 50 ribu per kilogram (naik 3,5 persen).

“Penyebab naiknya harga cabai di pasaran ini karena stok dari pedagang pemasok juga berkurang. Pemicunya karena petani mengalami gagal panen akibat cuaca yang tak menentu membuat tanaman cabai petani banyak busuk,” kata Asrul, salah seorang pedagang di Pasar Sentral Pekkabata.

Hal serupa juga terjadi pada tomat. Harga tomat pekan lalu Rp 25 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp 28 ribu per kilogram. Kenaikan ini juga disebabkan oleh berkurangnya pasokan karena cuaca yang tidak bersahabat.

Sementara itu, untungnya harga kebutuhan pokok lainnya masih relatif stabil. Harga beras premium tetap Rp 16.500 dan beras medium Rp 15 ribu per kilogram, sama seperti pekan lalu. Harga bawang merah, bawang putih, gula pasir, minyak goreng, dan bumbu dapur lainnya juga tidak mengalami perubahan.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop UKM) Polman, Andi Chandra Sigit, membenarkan adanya kenaikan harga pada sejumlah komoditas, terutama bumbu dapur.

“Memang ada kenaikan pada cabai dan tomat, namun harga beras masih stabil dibanding pekan lalu. Meski begitu, jika dibandingkan sebulan lalu, harga beras telah mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 14 ribu per kilogram,” jelasnya.

Untuk elpiji 3 kilogram, harga tetap stabil di angka Rp 20 ribu per tabung. Tidak ada antrean di sejumlah pangkalan maupun pengecer di kompleks pasar.

Hal ini disebabkan tambahan kuota elpiji 3 Kg sebanyak 10.000 metrik ton yang diberikan pada Februari 2025 lalu, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan.

“Permintaan tambahan kuota berasal dari pangkalan karena konsumsi meningkat saat Ramadan. Tambahan kuota ini disebar ke 500 pangkalan di 16 kecamatan,” terang Andi Chandra.

Ia juga mengingatkan seluruh pangkalan untuk mematuhi Harga Eceran Tertinggi (HET), dan menegaskan akan memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar.

“Jika ada pangkalan yang bermain curang, kami akan berikan Surat Peringatan (SP), bahkan bisa sampai pencabutan izin usaha,” tegasnya. (mkb)

  • Bagikan