MAMUJU, RADAR SULBAR — Provinsi Sulbar memiliki potensi besar dalam sektor sumber daya alam, pertanian, dan perkebunan yang dapat menjadi pendorong utama perekonomian daerah. Salah satunya komoditas kopi dan kakao.
Namun, Sulbar masih dihadapkan pada tantangan terbesar, yakni tidak adanya pengelolaan maksimal untuk menciptakan nilai tambah. Upaya hilirisasi yang tepat pun diperlukan agar potensi itu dapat memberikan nilai tambah yang maksimal.
“Potensi Sulbar sangat baik, dari sisi sumber daya alam, sektor pertanian, dan perkebunan. Ini menjadi kekuatan utama Sulbar. Namun, aspek hilirisasi menjadi salah satu poin utama yang harus diperhatikan untuk memperkuat daya saing kita,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulbar, Eka Putra Budi Nugroho, dalam kegiatan OSBIM, di Atrium Mall Matos Mamuju, Kami 19 Juni.
Hilirisasi, atau pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi yang memiliki nilai lebih, menjadi isu krusial yang harus didorong. Menurutnya, investasi menjadi faktor yang sangat terkait dengan keberhasilan hilirisasi
Oleh karena itu, peningkatan investasi di Sulbar menjadi tugas bersama yang harus melibatkan semua pihak, termasuk Bank Indonesia, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.
“Ketika kita bicara hilirisasi, investasi punya kaitan yang sangat erat. Tantangan kita adalah bagaimana mendorong peningkatan investasi ini, agar potensi yang ada bisa terkelola dengan baik dan memberikan dampak positif bagi ekonomi daerah,” lanjutnya.