POLMAN, RADAR SULBAR — Deretan suara gendang dan lantunan musik tradisional menggema dari Boyang Kaiyyang, Taman Budaya dan Museum Buttu Cipping, Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
Selama tiga hari penuh, 2-4 Juni 2025, pentas budaya ini menjadi pusat perhatian masyarakat Sulbar dalam Festival Tari 2025 yang mengangkat tema Sulawesi Barat Mattuqduq.
Ajang ini menjadi penanda banyaknya kegiatan seni di Taman Budaya tahun ini, sekaligus festival tari pertama yang digelar oleh UPTD Taman Budaya dan Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulbar.
Festival ini secara resmi dibuka oleh Gubernur Sulbar, yang diwakili oleh Asisten Bidang Administrasi Setda Provinsi Sulbar, Amujib. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggara atas komitmen menjaga tradisi melalui kreativitas seni.
“Saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada UPTD Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat. Ini adalah momentum penting dalam memperkuat budaya lokal dan memberi ruang bagi generasi muda untuk terus berkarya,” ujar Amujib.
Turut hadir dalam pembukaan acara antara lain Ketua Komisi I DPRD Sulbar, perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polman, para kepala UPTD SMA/SMK/SLB wilayah I, serta para budayawan, seniman, dan pelaku seni dari berbagai daerah.
Sebanyak 31 peserta dari sanggar seni masyarakat dan sekolah berpartisipasi dalam festival ini. Mereka telah mendaftar sejak 14 hingga 25 Mei 2025 dan bersaing menampilkan karya tari kreasi yang menggali kekayaan tradisi dan kearifan lokal Sulbar.
Penilaian dilakukan oleh juri-juri berpengalaman yang kredibel di bidang seni tari, seperti Dosen Fakultas Seni dan Desain UNM, Andi Fadalia; Koreografer asal Sulsel, Abu Bakar Hamid; dan Seniman Musik Tradisional, Sahabuddin Mahganna.
Kurator Festival Tari, Yulianti Tahir, yang juga dikenal sebagai penari bertalenta di level nasional dan internasional, turut mengkurasi karya peserta sekaligus menampilkan Tari Tunggal “Ambaroang” yang terinspirasi dari mitos masyarakat Mandar.
Pembukaan festival dimeriahkan oleh pertunjukan Pakkimba’, musik tradisional khas Kecamatan Bulo yang dibawakan oleh Sanggar Baruga, serta berbagai pertunjukan lain yang memikat ribuan penonton yang memadati area Boyang Kaiyyang.
Selama tiga hari, festival ini bukan hanya menjadi arena lomba tari, tapi juga ruang temu antar pelaku seni, ajang belajar dan berbagi pengalaman antar koreografer, penari, dan penata musik.
“Festival ini adalah bagian dari penguatan ekosistem seni tari di Sulbar. Kita tidak hanya melestarikan, tapi juga mengembangkan budaya kita,” kata Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum, Disdikbud Sulbar, Ika Lisrayani.
Acara berlangsung meriah dan sukses, menjadi bukti bahwa seni dan budaya tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat Sulbar.(adh)