JAKARTA, RADAR SULBAR – Baru-baru ini, aksi Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka saat menjajal alat tanam padi modern di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (24/5), viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah ke akun TikTok pribadinya, Gibran tampak menggunakan mesin tanam padi modern atau rice transplanter sambil berjalan maju. Aksi tersebut menuai berbagai komentar publik karena dianggap tak lazim dan berisiko menginjak tanaman yang baru ditanam.
Namun, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan penjelasan mengenai metode dan alat yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementan, Moch. Arief Cahyono, menjelaskan bahwa rice transplanter merupakan alat modern yang dirancang untuk menanam bibit padi secara efisien, teratur, dan tanpa harus menginjak sawah secara langsung.
“Dengan satu operator, rice transplanter mampu menyelesaikan penanaman di satu hektare sawah hanya dalam waktu lima jam,” ujar Arief, Kamis (29/5).
Ia membandingkan dengan metode manual yang membutuhkan 25–30 orang dan waktu hingga dua hari untuk luas lahan yang sama.
Selain efisiensi tenaga dan waktu, rice transplanter juga menjaga keseragaman jarak tanam, yang berdampak positif pada pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Alat ini juga dianggap lebih ramah lingkungan karena meminimalkan kerusakan lahan akibat injakan saat menanam secara manual.
Terdapat dua jenis rice transplanter: tipe berjalan (walking type) dan tipe mengendarai (riding type). Pada tipe berjalan, operator mengarahkan alat dari belakang sambil berjalan, seperti yang dilakukan Wapres Gibran. Sementara tipe mengendarai memungkinkan pengguna duduk dan mengemudi seperti kendaraan.
“Bibit padi diletakkan di rak khusus yang dapat diisi ulang selama proses penanaman berlangsung,” jelas Arief.
Dalam kegiatan di Ngawi tersebut, Gibran bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman menggunakan rice transplanter walking type dengan sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo). Sistem ini mengatur jarak antarbaris tanaman dan menyisakan barisan kosong sebagai pemisah, agar tanaman mendapat pencahayaan merata dan efek pinggir yang meningkatkan hasil produksi.
Bibit padi yang digunakan berasal dari varietas unggul Inpari 32, dengan potensi hasil mencapai 8–8,5 ton per hektare.
“Sistem tanam Jarwo terbukti meningkatkan produktivitas, mengurangi serangan hama dan penyakit, serta mempermudah pemupukan dan pengendalian gulma,” pungkas Arief. (jpg/*)