MAJENE, RADAR SULBAR — Sebagai kota pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat, Majene yang awalnya cenderung homogen, perlahan menjadi daerah heterogen dengan masyarakat beragam suku dan agama.
Di satu sisi, kota pendidikan menjadi potensi Majene tumbuh berkembang, sementara sisi lain juga dapat menjadi potensi masalah sosial. Generasi muda turut aktif membangun dialog menjaga harmoni, dan terus meningkatkan toleransi.
Pentingnya dialog sebagai upaya meningkatkan toleransi dan menjaga harmoni di tengah masyarakat hetoren, beragam suku dan agama dibahas dalam kegiatan dialog kebangsaan di Majene, Jumat, 25 April lalu.
Dalam dialog ini hadir sejumlah pemateri antara lain Dekan FISIP Hukum Unsulbar, Thamrin Pawalluri, Ketua FKUB Majene, Mansur, Ketua Majelis GPIB Jemaat Immanuel Majene, Pdt. Satia Lan Syamsuddin serta Dosen FISIP Hukum Unsulbar, Farhanuddin.
Sementara peserta dialog, antara lain para mahasiswa dari berbagai insitutusi, dan aktivis pemuda. Ikut serta dalam dialog itu, sejumlah dosen dari Unsulbar.
Ketua pelaksana dialog, Zulfkipli mengatakan, kegiatan digelar untuk memperkuat rasa kebangsaan, persatuan, dan kesatuan bangsa di tengah masyarakat yang beragama agama, suku dan Bahasa.
Ia mengatakan, pihaknya menghadirkan mayoritas generasi muda sebagai upaya mendorong menjaga harmoni sejak dini.
“Acara ini juga bertujuan untuk menguatkan karakter generasi muda, menjaga harmoni antar umat beragama dan budaya,” kata Zulkifli yang juga mahasiswa Unsulbar.
Dalam dialog yang dimoderatori, Irwan Japaruddin (ketua IMM Majene) serta Oktovianus D (Ketua GMKI Majene), para pemateri memberi perhatian kepada Majene yang menjadi pusat Pendidikan di Sulbar.
Awalnya Majene cenderung homogen, namun seiring berjalannya waktu dan juga hadirnya berbagai lembaga Pendidikan, komposisi masyarat perlahan hetorogen, tiap tahun ribuan mahasiswa baru datang dengan berbagai latar belakang daerah, suku dan agama.
Selain para mahasiswa dari berbagai daerah, lebih seribu dosen dan staf tendik juga tinggal di Majene bersama keluarganya dari beragam latar belakang.
Data BPS 2004, diawal terbentuknya Sulawesi Barat, penduduk Majene berjumlah 130.976, dalam perkembangannya di tahun 2023, penduduk Majene sudah mencapai 181.360.
Dekan Fisip Hukum Unsulbar Dr. Thamrin menyampaikan kegiatan ini merupakan langkah positif dalam upaya membangun ruang diskusi memperkuat kerukunan ditengah keragaman.
“Dialog dapat menjadi mitigasi, langkah pencegahan sebelum muncul masalah, dengan dialog seperti ini hadir ide dan solusi, pesan utamanya kita semua bersama terus menebarkan pesan kedamaian,” katanya.
Ketua FKUB Majene, Mansyur berpesan dalam menyikapi keragaman, penting untuk meningkatkan toleransi serta memahami dengan baik moderasi beragama.
“Forum Kerukunan Umat Beragama di dalamnya terdapat perwakilan semua agama. Kita selalu mengembangkan dialog,” kata Mansyur.
Senada dengan ketua FKUB, pemateri lainnya, Pendeta Satia Lan mengatakan semua agama mengajarkan kedamaian dan menganjurkan untuk rendah hati.
” Sebagai satu bangsa, Indonesia, kita semua dipersatukan dengan tujuan yang sama, yakni berbahagia, selamat sentosa, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan Makmur,” jelasnya.
Dosen FISIP Unsulbar, Farhanuddin mengatakan kehadiran ribuan orang tiap tahun di Majene adalah konsekuensi Majene sebagai kota Pendidikan.
Menurutnya hal tersebut positif dalam mendorong peningkatan ekonomi Majene.
” Untuk potensi masalah sosial, seperti konflik, itu dapat diantisipasi dengan dialog melibatkan generasi muda dan peran aktif umat beragama melalui forum seperti FKUB,”kata Farhan.
Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dengan berbagai pertanyaan dan masukan para mahasiswa. (r2/mkb)