Mantan Preman Hercules Serahkan Rp50 Juta ke Menteri Agama untuk Disalurkan ke Ponpes As’adiyah Wajo

  • Bagikan

SENGKANG, RADAR SULBAR — Rosario de Marshall atau yang lebih dikenal dengan nama Hercules kerap disebut sebagai mantan preman, kini dikenal sebagai mualaf dan aktivis sosial.

Sebuah pemandangan menginspirasi saat Hercules menghadiri acara Halal Bihalal yang digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kehadirannya juga disaksikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar.

Dalam acara tersebut, Hercules yang didampingi istrinya menyerahkan bantuan sebesar Rp50 juta kepada Pondok Pesantren As’adiyah. Bantuan tersebut diserahkan langsung kepada Menteri Agama RI untuk selanjutnya disalurkan kepada pesantren, Sabtu 6 April 2025.

“Saya baru saja pulang umrah, tapi begitu mendapat undangan dari Wajo, saya langsung ke sini. Meski banyak undangan lain, saya memilih ke Wajo,” ungkap Hercules di hadapan para santri dan tamu undangan.

Dalam sambutannya, Hercules menceritakan perjalanan hidupnya dari dunia jalanan menuju kehidupan religius setelah menjadi mualaf pada tahun 1990.

Ia mengaku awalnya belum sepenuhnya menjalani ajaran Islam secara taat, namun kehidupannya mulai berubah drastis setelah dikaruniai dua anak.

“Alhamdulillah, saya sekarang makin rajin beribadah, aktif berbagi dan banyak mengurus kegiatan sosial, terutama pesantren,” ujarnya.

Dokter Wachyudi Muchsin, yang turut mendampingi Hercules dalam kegiatan ini, menyampaikan apresiasi dan harapannya kepada generasi muda agar menjadikan sosok Hercules sebagai inspirasi dalam berubah ke arah yang lebih baik.

“Perjalanan hidup Bang Hercules adalah bukti nyata bahwa siapa pun bisa berubah. Dari jalanan menuju jalan Allah. Ini pelajaran besar bagi generasi muda, bahwa masa lalu bukanlah penghalang untuk menjadi pribadi yang bermanfaat,” ujar Dokter Koboi.

Hercules secara rutin mengadakan pengajian dan santunan anak yatim setiap Jumat di kediamannya di Jakarta.

Kini, ia juga aktif sebagai pembina di beberapa pesantren di Banten dan berbagai provinsi di Jawa.

Kehadirannya di Wajo dan bantuannya untuk Pesantren As’adiyah menjadi simbol transformasi spiritual dan sosial yang menginspirasi banyak orang.

Momen ini sekaligus mempererat hubungan antara tokoh masyarakat dan lembaga pendidikan keagamaan di Indonesia. (*)

  • Bagikan