Pendeta di Mamuju Jelaskan Keuntungan Menjadi Peserta JKN

  • Bagikan

MAMUJU, RADAR SULBAR – Seorang Pendeta asal Kaluku, Kabupaten Mamuju, Lince (48) mengatakan ada banyak keuntungan menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional Nasional (JKN).

Keuntungan tersebut salah satu menurut Lince adalah keringanan biaya saat berobat. Karena dirinya akhir-akhir ini sering mengantarkan berobat orang tuanya yang sakit hipertensi, asam urat dan kolesterol yang sering keluar masuk rumah sakit. Ia mengaku telah menghabiskan banyak biaya saat orang tuanya menjadi pasien Umum.

“Apabila menjadi pasien umum, tentu saja habis biaya besar. Kemarin rawat inap pada 2 rumah sakit habis hingga puluhan juta. Tapi kalau menggunakan BPJS Kesehatan pasti lebih ringan,” ungkapnya.

Keuntungan yang berikutnya menurut Lince adalah bisa mengcover operasi. Karena pada tahun 2017 suaminya kecelakaan tunggal dan dioperasi menggunakan Program JKN. Saat itu kaki suaminya harus dioperasi karena terkena benturan motor.

“Untungnya suami sudah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Jadi saat itu operasinya dicover oleh BPJS Kesehatan,” lanjutnya.

Lince sendiri sudah terdaftar menjadi peserta JKN sejak tahun 2014, waktu itu ia ingat masih awal-awal BPJS Kesehatan terbentuk pada saat awal pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kepesertaannya berlanjut sampai sekarang meski dirinya saat ini sudah di Mamuju.

“Saya berasal dari Mamasa, dan sejak tahun 2014 itu saat awal-awal Pak Jokowi jadi presiden saya dapat bantuan dari pemerintah BPJS Kesehatan yang tanpa bayar,” cerita Lince (14/01).

Walaupun Lince terdaftar sebagai penerima iuran dari pemerintah pusat (PBI-JK), suami dan orang tuanya terdaftar menjadi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang iurannya mereka bayarkan setiap bulannya.

“Meskipun saya terima bantuan BPJS Kesehatan, tapi anggota keluarga saya (suami/anak/orang tua) terdaftar sebagai peserta Mandiri. Walaupun menjadi peserta mandiri tidak masalah, karena BPJS Kesehatan itu sangat membantu,” ujarnya.

Lince juga mengaku jarang menggunakan kepesertaan JKN-nya karena ia dan keluarganya jarang sakit. Meski demikian, hal itu tidak menjadi masalah bagi dirinya. Sebab, secara tidak langsung iuran yang setiap bulan dikeluarkan oleh anggota keluarganya sudah bisa membantu biaya pengobatan bagi peserta JKN lain yang mengalami sakit.

“Saya terakhir kali menggunakan layanan BPJS Kesehatan saat sakit asam lambung, kolesterol dan ginjal pada tahun 2018 di RSUD Mamuju,” jelasnya.

Setelahnya ia jarang menggunakan layanan Program JKN dikarenakan ia telah sehat dan rutin minum ramuan herbal untuk mencegah penyakitnya datang kembali. Karena dengan tidak menggunakan layanan Program JKN, ia mengaku bersyukur masih sehat hingga saat ini.

“Puji tuhan sehat selalu dan tidak pernah menggunakan layanan BPJS Kesehatan lagi. Ya mudah-mudahan kami sekeluarga bisa sehat terus. Siapa juga yang mau sakit. Untuk menjaga kesehatan sehari-hari saya juga minum air rebusan jahe,” sambungnya.

Untuk keluarganya yang sedang sakit, dirinya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan karena telah dijamin biaya berobatnya hanya dengan membayar iuran yang cukup terjangkau. Ia juga berharap iuran yang cukup terjangkau ini semoga dapat membantu banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan biaya kesehatan.

“Terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang telah meringankan biaya kesehatan keluarga kami,” ucapnya.

Pada akhir kesempatan Lince memberikan saran kepada Kementerian Kesehatan untuk melakukan updating terkait obat-obatan yang saat ini ada yang belum sesuai dengan kebutuhan pasien JKN.

“Dari pengalaman yang saya rasakan ada beberapa perbedaan obat yang diberikan di rumah sakit antara pasien umum dan pasien BPJS Kesehatan. Walaupun kandungan obatnya sama, tetapi obat yang diberikan berbeda merknya,” Tutup Lince. (PN/af)

  • Bagikan

Exit mobile version