Cerita Sopir Gas LPG, Bertahun-tahun Berobat Asam Lambung dengan Program JKN

  • Bagikan

MAMUJU, RADAR SULBAR – Firman (44) seorang sopir pengangkut LPG (Liquified Petroleum Gas) sudah 5 tahun berobat asam lambung menggunakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sopir kelahiran Palu yang sudah menetap di Mamuju ini mengungkapkan selama menjadi sopir, dirinya kerap mengalami sakit secara tiba-tiba dan beberapa kali sempat dirawat hingga berhari-hari di rumah sakit. Tetapi Firman tidak pernah galau tentang biaya berobat karena dirinya sudah terdaftar sebagai peserta JKN.

“Sebagai pengguna aktif manfaat Program JKN sejauh ini yang saya ingat dulu pernah dirawat karena drop saat mengemudikan truk dari Polewali,” ungkapnya.

Firman menyampaikan bahwa dirinya waktu itu drop karena perutnya sakit hingga tidak tertahankan. Akhirnya ia segera berobat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, hingga dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di Palu.

“Pernah rawat inap saat asam lambung saya kambuh di Rumah Sakit Palu,” jelasnya.

Menjalani perawatan di RSUD Palu selama kurang lebih 1 pekan adalah pengalaman baru bagi Firman. Terlebih menggunakan manfaat kepesertaan Program JKN, ia sempat tidak berharap banyak karena dirawat sebagai peserta BPJS Kesehatan berdasarkan rumor miring yang didengar. Anggapan tersebut seketika sirna saat dirinya merasakan pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat prima mulai dari sikap petugas, sarana-prasarana, makanan dan obat-obatan.

“Ternyata jadi peserta BPJS Kesehatan manfaatnya luar biasa sekali, dari pengalaman dirawat seminggu di rumah sakit umum daerah Palu ia merasa sangat baik pelayanannya,” imbuhnya.

Sebelumnya pada 2020 lalu, Firman juga kerap mendapatkan pengobatan untuk penyakit asam lambung yang diidapnya. Hingga tahun 2024, ia rutin mengonsumsi obat agar kadar asam lambung bisa terkontrol.

“Saya pasien setia BPJS Kesehatan sejak lama, karena pengalaman berobat saya bukan kali ini saja. Jadi saya cukup paham dengan alur layanan dengan menggunakan Program JKN,” jelasnya.

Firman juga menambahkan, selain untuk berobat dirinya secara pribadi. Kepesertaan JKN juga pernah digunakan untuk lahiran anak pertamanya. Saat itu kepesertaan JKN istri digunakan untuk melahirkan buah hati Firman di Puskesmas Sallutambung.

“Kepesertaan BPJS Kesehatan kami juga pernah digunakan istri untuk lahiran anak maupun berobat ringan lainnya. Program ini selalu menjadi penolong saya sekeluarga, selain karena biaya pengobatan ditanggung sepenuhnya, pelayanan dari fasilitas kesehatan juga memuaskan,” kata Firman.

Ia mengungkapkan tak ada biaya sepeser pun yang dikeluarkannya selama menjalani prosedur rawat inap baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas. Sebab seluruh biaya ditanggung jaminan BPJS Kesehatan.

“Alhamdulillah bersyukur sebagai peserta JKN yang iurannya dibayarkan dari tempat kerja sebagian, saya bersyukur sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan kelas 2. Dan itu meringankan,” ucapnya.

Firman menyadari Program JKN dapat meringankan beban finansial bagi masyarakat yang sakit. Bahkan, ia mengaku tidak bisa membayangkan jika tidak menjadi peserta JKN. Kemungkinan besar ia harus mengeluarkan banyak biaya untuk berobat.

“Dengan adanya Program JKN, dana yang awalnya untuk biaya kesehatan, bisa dipakai untuk hal-hal yang lain seperti uang anak sekolah atau tabungan,” ungkapnya.

Sebelum mengakhiri pembicaraan, Firman mengatakan ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk menggambarkan rasa syukurnya sebagai peserta Program JKN, maka dari itu ia juga berkomitmen mendukung program tersebut dengan rutin menularkan pemahaman program JKN kepada masyarakat lingkungan sekitarnya termasuk komunitas disekitarnya.

“Semoga makin banyak masyarakat Indonesia yang saling bergotong royong membantu peserta yang membutuhkan pertolongan,” tutupnya. (PN/af)

  • Bagikan

Exit mobile version