POLEWALI RADAR SULBAR — Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mewacanakan libur sebulan penuh saat bulan Ramadan 2025 ini. Tetapi penerapan keputusan libur puasa tahun 2025 untuk anak-anak sekolah yang diwacanakan sebulan penuh masih menunggu keluarnya surat edaran bersama antara Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
Surat edaran tersebut akan mengatur kegiatan siswa beragama muslim serta murid yang beragama selain beragama muslim berkegiatan selama bulan Ramadhan. Tetapi wacana libur sekolah selama satu bulan saat Ramadan sangat ramai diperbincangkan masyarakat khususnya orang tua siswa dan pihak sekolah. Banyak pihak yang mendukung tetapi ada juga yang tidak setuju terhadap wacana ini.
Kepala SDN 033 Darma, Kartini Badaruddin ditemui, Senin 20 Januari mengatakan pihaknya menunggu keputusan resmi pemerintah terkait kebijakan libur selama ramadan. Jika pemerintah meliburkan sekolah selama ramadan tentu pihaknya akan dukung.
“Tetapi intinya akan mengusahakan anak-anak tetap belajar selama libur di rumah. Siswa libur ke sekolah tetapi tetap ada pembelajaran di rumah masing-masing. Kami akan rapatkan dengan para guru bagaimana nanti jika kebijakan libur selama ramadan diberlakukan. Kami berharap tiap wali kelas bisa memberikan pelajaran melalui daring dengan waktu yang telah diatur,” jelas Kartini Badaruddin.
Ia menilai selama ini jika murid belajar saat bulan puasa kurang efektif. Karena proses pembelajaran hanya sekian jam diakibatkan kondisi murid tidak dalam keadaan fit. Kartini menegaskan sebagai kepala sekolah akan mendukung apapun hasil ketetapan pemerintah.
“Terkait nantinya pembelajaran secara daring di rumah selama ramadan, pihaknya akan menkomunikasikan dengan para orang tua murid dan wali kelas masing-masing. Bagaimana nanti orang tua mengawasi murid saat belajar daring,” tandasnya.
Hal sama diungkapkan Kepala SDN 060 Pekkabata, Sitti Nurwana. Ia mengaku sangat sepakat jika diterapkan libur selama ramadan. Menurutnya siswa saat libur waktu bulan puasa akan maksimal dalam menjalankan ibadah ramadan. Dibanding mereka sekolah saat bulan puasa.
“Sebenarnya belajar di sekolah adalah ibadah, tetapi tidak kalah pentingnya siswa dilatih kebiasannya untuk fokus menjalankan ibadah puasa di rumah. Cuman jika mereka belajar di sekolah saat puasa, setelah pulang ke rumah mereka akan merasa haus dan lapar langsung mau buka puasa. Beda dengan orang dewasa bisa menahannya,” beber Sitti Nurwana.
Tetapi, Ia pun menunggu surat edaran dari Kemendikdasmen dan Disdikbud Polman terkait kebijakan libur selama ramadan. Tetapi nantinya jika kebijakan libur ramadan diterapkan maka pihaknya butuh kolaborasi dengan orang tua siswa. Dimana peran orang tua siswa sangat dibutuhkan dalam mengawasi anaknya di rumah selama ramadan sehingga waktunya tak terbuang hanya main HP.
Sitti Nurwanan juga menambahkan sekolah juga akan mengelar kegiatan keagamaan seperti lomba hafalan surah pendek, tadarrus dan pengajian.
Terpisah, salah seorang orang tua siswa, Sabania mengaku sepakat jika tidak diliburkan saat ramadan tetap belajar. Salah satu alasannya karena jika libur sebulan penuh makan bisa membuat anak bermalas-malasan selama ramadan dan tidak belajar.
“Namun tergantung nanti keputusan pemerintah kami orang tua sepakat saja mau libur atau tidak tak masalah. Hanya saja jika siswa libur selama puasa, akan berdampak terhadap capaian pembelajaran siswa dan materi pembelajaran akan banyak tertinggal,” kata Sabania.
Orang tua siswa lainnya, Muh Fiqram mengaku menunggu keputusan pemerintah. Jika nantinya diberlakukan libur ramadan maka siswa fokus melakukan ibadah puasa. Jika beraktifitas bersekolah saat ramadan ada plus minusnya. Ia tak memungkiri bahwa libur bisa membuat ibadah anak jadi lebih fokus. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi, libur membuat anak tak banyak melakukan kegiatan berarti.
“Anak biasanya tidak melakukan banyak kegiatan selama libur, biasanya hanya di rumah tanpa ada kegiatan berarti,” tandas ayah dua anak ini. (mkb)