Awalnya Coba-Coba, Kini Hasilkan Cuan, Sulap Daun Kelor jadi Bubuk Kaya Manfaat

  • Bagikan
OLAHAN DAUN KELOR. Petugas gizi dan MTBS, Madina bersama rekannya di stand Puskesmas Anreapi saat lomba masak sehat bergizi dalam rangka HKN 2024 di Kantor Dinkes Polman, Kamis 14 November 2024.

“Dunia tak selebar daun kelor” adalah peribahasa yang sering kita dengar. Dilihat dari arti peribahasa ini adalah dunia itu tidak sempit, tidak selebar (sekecil.red) daun kelor. Iya betul, daun kelor itu kecil. Mungkin kita sering menjumpainya, namun tidak menyadari bahwa tanaman tersebut kaya akan manfaat.

Laporan : Amri Makkaruba (Polewali Mandar)

Kamis, 14 November, ada pemandangan berbeda di Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) saat itu. Puluhan meja berisikan menu makanan sehat berjejer di koridor kantor Dinkes Polman. Sekira 20 Puskesmas ditambah rumah sakit dan klinik di Polewali Mandar ikut ambil bagian dalam lomba masak menu sehat dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024.

Ada hal yang menarik dari puluhan stand makanan yang disajikan tiap puskesmas dan rumah sakit. Tetapi paling menjadi perhatian adalah stand Puskesmas Anreapi. Aroma khas daun kelor menguar dari segelas minuman bubuk daun kelor yang tersajikan. Rasa nikmat kaya manfaat menjadi perpaduan sempurna dari produk yang dihasilkan oleh salah seorang pegawai Puskesmas Anreapi, Madina (45). Selain minuman daun kelor, berbagai produk masakan dari daun kelor, mulai dari bakso dan sate berbahan daun kelor dan makan lain.

Olahan makan dan minuman berbahan bubuk daun kelor ini merupakan kreasi dari Mardina yang sehari harinya bertugas sebagai penanggungjawab Program Gizi dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Puskesmas Anreapi. Dia berinovasi mengembangkan daun kelor dalam bentuk serbuk atau bubuk untuk digunakan sebagai campuran berbagai jenis makanan hingga minuman. Selain itu, inovasi kelor bubuk ini ternyata memiliki nilai ekonomis yang mampu mendatangkan cuan.

Madina yang tinggal di warga Kelurahan Manding, Kecamatan Polewali tetapi bertugas di Puskesmas Anreapi. Diakui Madina, ide membuat kelor bubuk dimulai pada tahun 2016 lalu. Dia terpikir membuat kelor bubuk saat melihat anaknya kerap membawa bekal sayur ketika ke sekolah.

“Idenya berawal ketika anak saya sering bawa bekal ke sekolah. Saya mulai terfikir bagaimana mengolah sayuran tidak dalam bentuk cair, tidak berkuah plus simpel,” ungkapnya.

Dia menuturkan, inovasi tersebut dipelajari dari internet. Tidak jarang dia juga bertanya kepada sejumlah teman-temannya.

“Belajar sama teman-teman. Dari youtube juga. Awalnya buat sendiri, akhirnya ada yang bantu,” ujarnya.

Lebih lanjut Madina mengatakan jika kelor bubuk buatannya tidak langsung dipasarkan. Pertama-tama Madina melakukan uji coba terhadap produk buatannya itu. Salah satu caranya dengan mencapurkan kelor bubuk ke dalam olahan telur goreng yang biasanya dijadikan bekal anaknya ketika di sekolah.

“Saya campur di adonan telur. Awalnya saya sembunyi, dia (anak) tidak sadar kalau diberi kelor,” tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, sang anak diketahui mulai terbiasa dan kerap meminta dibuatkan kelor bubuk sebagai campuran makanan. Bahkan tidak sedikit warga yang mulai menanyakan dan tertarik mencoba kelor bubuk buatan Madina.

Menurut Madina, produksi kelor bubuk semakin massif dilakukan sejak tahun 2019. Apalagi ada imbauan dari pemerintah untuk menggalakkan penanaman kelor pada setiap rumah warga.

“Itu dimulai tahun 2019. Orang semua bergerak, semua lintas sektor bergerak, dan kita mulai menanam bersama kelor di setiap rumah penduduk,” terangnya.

Produk kelor buatannya mulai diperkenalkan saat Covid-19 melanda. Sebab produk kelor bubuknya dipercaya memiliki khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

“Sejak korona mulai dikomersilkan. Saya awalnya uji coba untuk tingkatkan daya tahan tubuh, dan pak camat di wilayah memotovasi,” ucap Madina.

Madina mengungkapkan, kelur bubuk buatannya dapat dimanfaatkan sebagai campuran aneka makanan termasuk bakso hingga kue. Selain itu, juga dapat diseduh dan dinikmati seperti teh. Bahkan menurutnya, kelor bubuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lulur yang baik untuk kulit.

“Kalau lagi panas ekstrim, saya biasa pakai, ambul satu sendok kelor (bubuk) dijadikan lulur. Setelah itu diamkan lima menit baru dibersihkan, terasa menyegarkan,” imbuhnya meyakinkan.

Dia menuturkan jika produk kelor bubuk buatannya juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Mulai dari menstabilkan tekanan darah, gula darah, meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi alergi terhadap telur, menurunkan kolestrol hingga melembutkan kulit.

Dia juga mengatakan, kelor bubuk buatannya mulai menghasilan cuan hingga Rp 500 ribu per bulan. Diakui, pemasaran kelor bubuk ini masih dilakukan secara terbatas karena berbagai hal.

“Sekarang ini saya pasarkan via whatsapp, kalau ada pertemuan saya bawa seperti sekarang ini. Saya selalu stok 500 ribu perbulan dan selalu habis. Belum berani masuk di supermarket besar karena sementra proses pengurusan label halalnya,” pungkas Madina.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version