Oleh: M Danial
SEJAK masa kampanye Pilkada 2024. Debat Paslon berlangsung di berbagai provinsi dan kabupaten / kota se- Indonesia. Debat Paslon merupakan salah satu metode kampanye yang difasilitasi oleh KPU sebagai sarana untuk mencerdaskan pemilih. Gelaran debat di berbagai daerah dapat disaksikan melalui kanal YouTobe dan berbagai platform medsos.
Debat Paslon bukan sekadar panggung para kandidat untuk memaparkan visi misi dan program kerjanya. Melainkan juga merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat lebih mengenal para kandidat pemimpin daerah lima tahun ke depan. Melihat karakter, kapabilitas, serta komitmennya untuk mengatasi berbagai permasalahan daerah.
Pelaksanaan debat Paslon diharap tidak sekadar formalitas untuk mengugurkan kewajiban penyelenggara Pilkada. Apalagi hanya menjadi panggung adu kepintaran kandidat beretorika di depan publik. Melainkan sebagai sarana edukasi untuk mencerdaskan pemilih. Karena itulah debat Paslon didesain agar benar-benar menjadi panggung diskusi berkualitas dan berbasis data.
Para pemilih dan masyarakat sudah jenuh dengan janji politik setiap pemilu dan Pilkada. Mereka tidak lagi butuh janji-janji indah para kandidat. Yang penting bagi mereka adalah pembuktian janji. Untuk itulah program yang ditawarkan kandidat harus realistis. Harus jelas juga sumber dana utau anggarannya untuk membiayai program yang dikampanyekan. Apalagi daerah yang kemampuan fiskalnya kecil, yang sebagian besar jumlahnya untuk gaji pegawai dan tunjangan pejabat.
Pencerdasan pemilih melalui debat paslon idealnya mengedepankan substansi dan relevansi program. Sehingga tidak sekadar menjadi panggung retorika. Melainkan sarana untuk mengukur kesiapan dan kematangan kandidat. Merencanakan program yang realistis untuk menjawab tantangan berbagai persoalan daerah.
Diharapkan juga debat Paslon menyajikan pendalaman masalah atau isu-isu penting dan krusial. Seperti masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan, pelayanan publik, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Isu-isu tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi banyak daerah.
Pada Forum Group Discussion atau FGD dalam rangka debat Paslon Pilkada Polewali Mandar, Senin 21 Oktober. Mengemuka berbagai isu seperti kemiskinan ekstrim, kesehatan terutama stunting, pendidikan (anak putus sekolah), pengagguran, perekonomian, dan infrastruktur. Isu-isu tersebut sangat berpengaruh pada perbaikan IPM. Sehingga sangat perlu menjadi materi debat Paslon Pilkada di daerah ini.
Debat Paslon merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan literasi politik masyarakat. Apalagi di tengah maraknya penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks. Yang terjadi sebelum maupun selama masa kampanye Pilkada.
Penjelasan atau informasi yang disampaikan langsung para kandidat dalam forum debat. Akan sangat bermabmnfaat untuk memperkaya referensi bagi pemilih untuk menilai program dan gagasan para Paslon. Panggung debat akan menjadi ruang juga bagi kandidat yang diterpa isu miring, hoaks, atau negative campaign untuk mengklarifikasinya.
Terkait pencerdasan pemilih, debat paslon merupakan ajang untuk menunjukan integritas dan etika kandidat. Sikap dan perilakunya pada forum debat akan menjadi penilaian masyarakat sebagai cerminan jika menjadi pemimpin daerah yang harus menjadi teladan.
Beberapa hasil penelitian dan survei debat Paslon Pilkada. Menyebut banyak pemilih menjadikan debat Paslon sebagai referensi untuk menentukan pilihan.
Dilansir MetroSINDOnews, Survei IPO (Indikator Politik Indonesia) pada Pilkada Jakarta, misalnya, menunjukkan 75 persen pemilih dipengaruhi gagasan dan performa kandidat selama debat. Pada survei terbaru di Pilkada Jakarta 2024, sebanyak 43 persen pemilih mengaku terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan dalam debat. Sebanyak 28 persen yang tidak menjadikannya sebagai referensi, dan 17 persen lainnya masih ragu-ragu.
Hal tersebut menunjukan bahwa debat paslon bukan hanya formalitas. Tapi benar-benar mampu menggerakkan opini publik dan mempengaruhi pilihan pemilih. Nah, pemilih Pilkada Sulbar dan Pilkada di enam kabupaten, kita nantikan debat Paslon yang bukan sekadar panggung adu kepandaian berargumen atau pameran beretorika yang menghanyutkan.
Bukan pula arena penonjolan pribadi, terlebih saling menyerang. Melainkan ajang edukasi untuk mencerdaskan pemilih untuk menentukan pilihan secara rasional. Terlebih bukan karena “dibeli”. Karena money politic. (*)