Oleh: M Danial
BEBERAPA tukang ojek sedang bercengkrama. Sambil menunggu penumpang. Mereka membincang nasib sebagai rakyat kecil. Mulai soal tunggakan cicilan dan harga tabung gas. Sampai soal bahan praktik anaknya di sekolah yang tak terbeli. Karena penumpang sepi.
“Kita berharap anggota DPR pusat yang dilantik hari ini tidak cepat lupa kita,” salah seorang dari mereka menyela perbincangan. “Kita harap begitu, tapi jangan mi juga terlalu berharap. Paling sama juga (DPR) yang lalu, hanya banyak janji,” tukas yang lain.
Sesaat kemudian perhatian mereka beralih ke layar HP. Menyaksikan pelantikan anggota DPR, DPD dan MPR periode 2024-2029 di Gedung Nusantara, Jakarta, melalui kanal youtube.
“Jangan lupa asal.” Adalah pesan yang sangat relevan dan penting bagi DPR baru. Asal atau berasal dari mana. Untuk mengingatkan bahwa mereka dipilih oleh rakyat. Untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
“Jangan lupa asal” merupakan ungkapan yang mengandung pesan moral dalam konteks politik kepada para anggota DPR yang baru. Termasuk anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang telah dilantik di daerah masing-masing.
Mereka adalah bagian dari masyarakat. Kini duduk di kursi parlemen sebagai wakil rakyat. Berkewajiban untuk mendengar, memahami, dan memperjuangkan aspirasi rakyat yang diwakili.
Sering terjadi anggota DPR (juga DPRD) setelah terpilih dihadapkan pada berbagai tekanan politik dan kepentingan. Mereka terlibat dalam dinamika kekuasaan yang membuatnya jauh dari rakyat. Tak heran muncul banyak kritikan dan sorotan, terutama jika keputusan DPR tidak sejalan dengan kebutuhan rakyat.
Para wakil rakyat akan selalu dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga integritas dan idealisme di pusaran politik yang penuh kompromi.
Sebagai pelaku di dunia politik, mereka akan banyak terlibat atau menghadapi lobi-lobi politik dari berbagai kepentingan. Dari dalam atau internal partai maupun di luar partai. Dalam kondisi tersebut akan ada risiko politik terkait keputusan yang diambil. Yang kebanyakan menguntungkan elit politik dari pada rakyat.
Itulah pentingnya pesan “jangan lupa asalmu” selalu menjadi pegangan. Agar setiap keputusan yang dihasilkan DPR berpihak kepada rakyat. Agar kebijakan yang diambil selalu fokus pada kepentingan masyarakat. Bukan semata “berbaik-baik” kepada pemerintah, apalagi menuruti kehendak oligarki.
Tantangan lain adalah menjaga komunikasi dengan konstituen. Penting menjadi perhatian anggota dewan periode baru, jangan menyuburkan kedongkolan rakyat. Karena setelah pemilu tidak bisa lagi berhubungan dengan wakil rakyat pilihannya. Komunikasi yang terjalin jangan hanya pada masa kampanye. Supaya suara rakyat selalu terdengar”
Bagi rakyat, bahasa berlanjut jangan hanya sebatas slogan untuk memilih kembali agar berlanjut di DPR. Tapi komunikasi dengan rakyat tidak berlanjut setelah pemilu. Tak mengherankan banyak wakil rakyat kehilangan pemahaman tentang kebutuhan rakyat. Malah membuat keputusan atau menyuarakan yang tidak relevan atau tidak tepat sasaran.
Anggota DPR dan DPRD memiliki tanggung jawab berat untuk menjaga integritas dan akuntabilitas dalam menjalankan tugasnya. Integritas berarti berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan etika yang luhur. Serta tidak terpengaruh pada godaan, sehingga terhindar dari praktik korupsi, kolusi,meatau nepotisme. Sedangkan akuntabilitas berarti setiap tindakan dan keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
“Integritas adalah mengatakan kebenaran pada diri sendiri. Kejujuran berarti mengatakan kebenaran kepada orang lain,” kata Spencer Jhonson.
Di era sekarang masyarakat makin kritis dan cerdas menilai kinerja pemerintah dan wakil rakyat. Wakil rakyat yang melupakan asal-usulnya akan kehilangan dukungan publik jika tidak menunjukan komitmen kerja nyata bagi rakyat. Sebaliknya anggota dewan yang tetap terjaga sehingga tidak amnesia atau lupa ingatan pada tanggung jawabnya. Akan selalu pula dirindukan oleh rakyat.
Dipahami bahwa tantangan politik yang dihadapi anggota DPR tidak ringan. Karena itulah mereka diharap selalu menjaga integritas dan komitmen untuk yang terbaik bagi rakyat. Berpikir dan bekerja sebagai wakil rakyat untuk memberikan kontribusi yang nyata untuk kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
Sejatinya wakil rakyat yang berhasil adalah yang mampu menjaga dan memelihara hubungan yang erat dengan konstituen. Tidak hanya sekadar rajin mengunjungi konstituen dan daerah pemilihan atau Dapil-nya. Melainkan juga mendengar dan memahami, serta memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
Hanya dengan integritas yang tinggi dan komitmen yang selalu terjaga, kita berharap para wakil rakyat periode 2024-2029 tidak lupa asalnya. (*)