POLEWALI RADAR SULBAR — SDN 060 Pekkabata terus berkomitmen pada peningkatan kualitas Pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Salah satu langkah inovatif yang dilakukan dengan meningkatkan peran Komunitas Belajar (Kombel) bagi terwujudnya pendidikan yang Sinergitas, Partisipatif, Kreatif, Ramah dan Loyalitas (Sipakaraya).
Kombel Ramah Guru SDN 060 Pekkabata dibentuk sajak tahun 2022 ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi guru, sehingga mereka dapat meningkatkan pemahaman dan kualitas pengajaran yang berpusat pada peserta didik dalam menghadapi tantangan pendidikan di era kurikulum merdeka.
Kepala SDN 060 Pekkabata, Sitti Nurwana mengatakan Kombel merupakan salah satu bentuk impelementasi kurikulum merdeka. Menurutnya Kombel sangat penting di sebuah sekolah karena komunitas belajar yang berpusat pada peserta didik dapat mengatasi masalah,isu atau tantangan yang dihadapi pendidik dalam melakukan proses belajar serta dapat meningkatkan kompetensi pendidik dan membangun budaya belajar bersama yang berkelanjutan, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
“SDN 060 Pekkabata sebagai sekolah sekolah piloting komunitas belajar dalam sekolah “Ramah Guru” merupakan piloting dari Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) dan Badan Guru Pengerak (BPG) Provinsi Sulawesi Barat tahun 2023. Sekolah piloting kombel ramah guru terdiri dari 20 sekolah yang ada di Sulbar, mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA,” terang Sitti Nurwana saat dihubungi, Minggu 29 September.
Ia mengaku SDN 060 Pekkabata sebagai salah satu sekolah piloting yang telah meraih juara satu pada Gelar Karya Komunitas Belajar Ramah Guru Piloting BPMP dan BGP Provinsi Sulawesi Barat.
Menurutnya komunitas SDN 060 Pekkabata berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktifkan komunitas belajar tersebut. Komunitas belajar ramah guru tambah Nurwana berpusat pada peserta didik di SDN 060 Pekkabata diberi nama Komunitas Belajar “Sipakaraya”. Ini merupakan akronim dari kata Sinergitas, Partisipatif, Kreatif, Ramah,dan Loyalitas.
Kata ini, lanjut Nurwana juga merupakan bahasa daerah yang berarti memuliakan sesama.
“Dimana kita menganggap orang lain setara tanpa ada kesenjangan. Saya sebagai kepala sekolah telah melakukan pengimbasan atau praktik baik mulai dari tingkat sekolah, KKG/KKKS, tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional,” tandas guru teladan nasional ini. (mkb)