Semesta Megalit di Jantung Sulawesi

  • Bagikan
KALAMBA. Sejumlah Kalamba di Situs Pokekea, Lembah Behoa, Desa Hangngira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulsel, Selasa 10 September 2024.

“12 Juni 2023 lalu, Gubernur Sulawesi (Sulteng) Tengah, Rudy Mastura, menggaungkan Sulteng sebagai Negeri Seribu Megalit,” kata Kepala UPT Museum dan Taman Budaya, Sulteng, Rim, yang ditemui di Situs Pokekea, Selasa 10 September.

Jadi jika Sumatera Barat memiliki Maek sebagai Lembah Seribu Menhir, maka Sulawesi mempunyai Lembah Seribu Megalit.

Menuju Warisan Dunia

Saat ini dokumen Taman Nasional (TN) Lore Lindu sedang dilengkapi untuk diajukan ke UNESCO menjadi situs warisan dunia. Untuk penelitian dan kajian tentang Situs Megalitikum ini boleh dibilang telah lengkap.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVIII, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat, Andi Samsul Rijal mengatakan, Fetival Budaya Megalitik Lore Lindu, yang digelar dari tanggal 8 sampai 15 September, merupakan salah satu upaya untuk mempercepat pendaftara TN Lore Lindu menjadi warian dunia.

Harapannya, TN Lore Lindu bakal menambah delapan situs yang saat ini sudah menjadi warisan dunia. Empat situs alam, yakni TN Komodo, Ujung Kulon, Lorentz, dan Hutan Hujan Tropis Sumatera, dan empat situs budaya, Candi Borobudur, Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, dan Subak di Bali.

Untuk harapan tersebut kita boleh percaya diri, sebab salah satu temuan di situs ini, Bejana Batu Prasejarah, termasuk kategori langka di dunia. Bejana ini hanya ditemukan dalam jumlah terbatas seperti di Plain of Jars, di Laos yang sudah masuk dalam daftar tentatif nominasi warisan budaya dunia. Belum lagi luas kawasan Lore Lindu yang lebih dari 200 ribu hektare, nampaknya akan jadi yang terbesar persebarannya di Asia Tenggara, dibandingkan peninggalan di Laos.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Yudi Wahyudin mengatakan, tahun 2023 TN Lore Lindu telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat kabupaten dan provini. Belum periignkat nasional.

“Kami sudah mereview tapi masih ada kekurangan terkait lampirannya. Seperti delineasi kawasan secara keseluruhan dan status kepemilikan lahan situs. Pemetaan lahan setiap situs saja belum rampung, apa lagi kawasannya,” kata Yudi, dikonfirmasi usai membuka Fetival Budaya Megalitik Lore Lindu, di Desa Doda, Lembah Behoa, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Selasa siang 10 September.

Jika dokumen tersebut sudah dilengkapi, akan dikawal untuk ditetapkan menjadi peringkat nasional diikuti dengan pembentukan tim untuk mengisi formulir yang diterbitkan UNESCO.

Bahwa menjadi warisan dunia itu bukan hanya soal situs, tetapi komunitas dan ekosistemnya juga harus hidup. Warian dunia sejatinya adalah kesiapan untuk melestarikan, karena itu harus ada rencana aksi.

“Saya mengajak Pemda (Pemerintah Daerah, red) untuk mendampingi terkait linimasa dan rapat-rapat perencanaan terkait itu,” sebut Yudi.

  • Bagikan