Hanya ada dua situs mengalit tertua di dunia. Satu di Pulau Paskah, Samudera Pasifik dan satunya lagi di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah.
OLEH: JASMAN RANTEDODA (Poso, Sulawesi Tengah)
SAYA selalu mudah kagum pada pencari dan penemu. Mereka adalah suluh bagi manusia yang merindukan cahaya. Menyingkap sisi dunia yang hilang hingga muncul ke permukaan.
Kekaguman itu juga hadir ketika kaki saya memijak Situs Pokekea, di Desa Hanggira, Lembah Behoa, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso. Saya menulis dalam takjub terhadap para penemunya.
Memasuki lembah ini, mata mula-mula disapa hamparan persawahan dan pemukiman penduduk. Di zona inti sabana yang memikat menghampar dan jauh di balik bebukitan terdapat ribuan jenis fora dan fauna endemik Sulawesi.
Yang lebih mencengangkan adalah bebatuan yang mengungkap misteri ribu tahun silam. Pokekea adalah sebuah situs dengan ratusan tinggalan purbakala. Arca megalit bertempiar. Tak hanya patung batu, menhir, bejana besar yang disebut kalamba, dulang, lesung batu, monolit, hingga kuburan dan meja altar, juga ada di situs ini.
Data Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVIII Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat menyebutkan, di kawasan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya sejak tahun 2003 silam ini terdapat kira-kira 29 kalamba, 11 tutup kalamba, 4 arca, 27 batu dakon, 4 umpak batu, 5 lumpang batu, 3 meja altar, 3 batu dulang, dan 10 batu bergores.
Hasil kajian delineasi kawasan megalitik Lore Lindu menunjukkan bahwa di Lembah Behoa terdapat 825 unit tinggalan arkeologi tersebar pada 32 situs.
Pantaslah kiranya Antropolog Amerika Serikat, Martin Gray mengatakan, Lore Lindu adalah misteri arkeologi terhebat di dunia.
Poisinya yang terletak di garis Wallace –garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australia– Dataran Lore melingkupi tiga lembah, yakni Lembah Napu, Lembah Behoa dan Lembah Bada.
Bukti peradaban pra-sejarah ada di sini. Pusat peradaban megalitik terluas di Indonesia. Demikian penting melindunginya, tahun 1977 Organisasi Pendidikan, Keilmuwan dan Kebudayaan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan Lore Lindu sebagai cagar biosfer dunia.
Satu di antara 651 lokasi dari 120 negara. Zona intinya seluas 217.991,18 hektare. Zona ini meliputi 1,2 persen dari luasan Pulau Sulawesi, mewilayahi 2,4 peren sisa hutan Sulawesi yang saat ini 90 ribu kilometer persegi.
Untuk Lore Lindu sendiri sudah ditetapkan sebagai taman nasional sejak Tahun 1993. Menyusul tahun 2019 kemudian UNESCO menerbitkan rekomendasi kepada Pemerintah RI dan Pemprov Sulteng untuk mempersiapkan Lore Lindu dalam pengusulan menjadi warisan dunia atau world heritage.