Sepuluh Tahun Pembangunan Pertanian, Presiden Jokowi Raih Penghargaan FAO

  • Bagikan

JAKARTA, RADAR SULBAR – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dianugerahi Agricola Medal dari lembaga PBB Food and Agriculture Organization (FAO). Agricola Medal merupakan penghargaan tertinggi FAO bidang pangan dan pertanian global yang diberikan oleh FAO sejak tahun 1977.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, penghargaan ini didasari atas keberhasilan Presiden Jokowi mencapai swasembada beras sebanyak empat kali pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021.

“Kepemimpinan beliau luar biasa karena swasembada beras dicapai pada saat terjadi ancaman krisis pangan dunia dan tantangan krisis iklim,” ungkap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pada keterangan pers, Jumat, 30 Agustus 2024.

Hal ini serupa dengan prestasi Presiden Soeharto saat berhasil membawa Indonesia swasembada beras pada tahun 1984. “Raihan swasembada beras yang ditorehkan Indonesia tersebut terbilang sempurna karena selama empat kali tersebut kita sama sekali tidak mengimpor beras medium,”tutur Amran.

Amran mengungkapkan bahwa sejak Presiden Jokowi menunjuk dirinya menjadi Menteri Pertanian pada akhir tahun 2014, pemerintah telah menetapkan program prioritas berupa percepatan dan peningkatan produksi komoditas strategis nasional.

“Percepatan dan peningkatan produksi dicapai dengan mengoptimalkan lahan pertanian dengan hasil rendah dan sedang, seperti lahan rawa, tanah tadah hujan, dan lahan tidur untuk mendorong peningkatan produksi padi dan sejumlah komoditas pangan strategis lainnya,” jelas Amran.

Program ini dilakukan dengan memberikan dukungan sarana prasarana (infrastruktur) di bidang pertanian, diantaranya pompanisasi, embung, hingga jaringan irigasi guna mendukung peningkatan hasil produksi pertanian nasional. Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga memanfaatkan varietas-varietas unggul padi, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Dukungan akses ke lembaga dan layanan pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat dan asuransi pertanian juga terus ditingkatkan.

Peningkatan produksi padi diikuti dengan peningkatan produksi komoditas pangan strategis lainnya. Sejak tahun 2016, tidak ada impor cabai dan bawang merah karena produksi dalam negeri meningkat. Peningkatan produksi jagung menekan impor hingga 62% pada tahun 2016. Pada tahun 2017 tidak ada lagi impor jagung untuk pakan ternak. Bahkan pemerintah mengekspor bawang merah sebanyak 2.516 ton ke Thailand, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, dan Taiwan.

Capaian positif pembangunan sektor pertanian turut ditandai dengan keberhasilan sektor ini saat menopang pertumbuhan perekonomian nasional kala pandemi COVID-19.

“Selama pandemi, pertanian tumbuh 2,20 persen di saat PDB Nasional mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen,” terang Amran.

Berbagai terobosan kebijakan pertanian juga turut berdampak pada penurunan jumlah penduduk miskin Indonesia. Apalagi, sektor pertanian masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Jumlah Penduduk Miskin pada Maret 2024 sebesar 25,22 juta orang, turun 0,68 juta orang terhadap Maret 2023 dan turun 1,14 juta orang terhadap September 2022.

Amran menyebutkan, persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 9,03 persen, turun 0,33 persen poin terhadap Maret 2023 dan turun 0,54 persen poin terhadap September 2022.

“Tren penurunan pada periode Maret 2020 ke Maret 2024 menunjukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan,” imbuhnya.

Selama kurun waktu 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, Amran memaparkan adanya kenaikan dari jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP). Pada tahun 2023 terdapat 28.419.398 rumah tangga, naik 8,74 persen dari tahun 2013 yang sebanyak 26.135.469 rumah tangga.
Amran juga turut menyoroti semakin banyaknya anak muda yang menjadi petani. “Jumlah petani milenial yang berumur 19–39 tahun sebanyak 6.183.009 orang, atau sekitar 21,93 persen dari petani di Indonesia,” paparnya.

Saat memberikan penghargaan kepada Presiden Jokowi, Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu menyebutkan capaian yang diraih Presiden Jokowi ini merupakan bukti nyata atas kepemimpinan yang kuat di sektor pertanian.

“Indonesia telah menunjukkan kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama menuju ketahanan pangan global,” kata Qu Dongyu.

Dirjen FAO pun mengapresiasi Presiden Jokowi juga karena telah menyuarakan kepentingan sektor pertanian dan pangan pada saat Indonesia menjadi Presidensi G20 tahun 2022 lalu.Di bawah Kelompok Kerja Pertanian, disepakati Chair’s Summary yang berisi upaya memperkuat sistem pangan dan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan, mendorong terciptanya perdagangan pangan yang terbuka, transparan, dan predictable, serta mendorong kewirausahaan pertanian yang inovatif melalui pertanian digital.

“Tema G20 pada 2022 lalu adalah “recovery together recovery stronger” dan Presiden Jokowi melalui Presidensi Indonesia pada G20 tesebut benar-benar berhasil menjaga semangat itu,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version