POLEWALI RADAR SULBAR — Puskesmas Pelitakan menggelar inovasi lomba masak antar desa se-Kecamatan Tapango, Kamis 15 Agustus 2024.
Kegiatan ini dilakukan sebagai menangani stunting mengingat wilayah kerja Puskesmas Pelitakan sangat luas yang mencakup 13 desa dan satu kelurahan.
Kegiatan yang berlangsung di Puskesmas Pelitakan ini diikuti oleh sebanyak 10 peserta yang terdiri dari sembilan desa dan satu kelurahan. Para peserta ini adalah ibu PKK dan kader Posyandu se-Kecamatan Tapango. Dalam lomba ini pihak puskesmas menyediakan bahan utama dari ikan, telur, dan tahu. Sementara untuk peralatan masak, bumbu, sayuran dan bahan tambahan lainnya disediakan oleh masing-masing peserta.
Dalam lomba ini peserta diberi waktu selama 90 menit untuk mengolah makanan yang berbahan dasar dari ikan, telur, dan tahu tersebut. Setelah selesai, hasil masakan peserta lalu dinilai oleh tim juri dan selanjutnya akan diumumkan pemenangnya. Kategori penilaian bukan hanya dari rasanya tetapi juga dari kecepatan memasak, cara penyajiannya, cara memasaknya, dan cara memvariasikan masakan tersebut.
Dari hasil lomba pemenang juara satu dari PPK Desa Kurrak, juara dua PPK Riso, juara tiga Tapango. Para pemenang lonba diberikan hadiah hiburan oleh panitia sementara tropi piala dan piagam ditanggung pemerintah Kecamatan Tapango.
Kepala Puskesmas Pelitakan Muhammed Jabir mengatakan, kegiatan ini dirangkai menyambut HUT RI ke 79. Kegiatan ini digelar bagaiana caranya ibu-ibu bisa meramu makanan supaya bisa memancing nafsu makan anaknya. Lomba ini dilakukan mengingat bahannya murah, rasanya enak dan nilai gizinya tinggi.
“Ini salah satu upaya pencegahan angka stunting di wilayah ini mengingat angka stunting di Polman luamayan tinggi. Kalau di wilayah kerja Puskesmas Pelitakan ini angka stunting 15 persen sementara arahan dari Presiden harus berada di angka 14 persen” Jelasnya.
Salah satu peserta asal Desa Bussu Saenab mengatakan, kegiatan ini sangat mendukung sekali karena masakan ini bisa diterapkan di desanya. Sehingga anak-anak tidak stunting lagi karena makanan yang diolah ini berasal dari makanan lokal dan tidak pakai pengawet.
“Memang terjadi di lapangan anak-anak itu tidak mau makan apabila cuma melihat ada nasi saja, tetapi harus ada variasi makanan sehingga dalam kegiatan ini kami bisa mendapatkan semua itu,” kata kader Posyandu ini. (mkb)