GOWA, RADAR SULBAR –PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) kembali membekali petani binaan tata cara pembuatan kompos secara efektif menggunakan Biodex, yang merupakan salah satu produk unggulan perusahaan dan berfungsi sebagai biodekomposer lahan.
Kegiatan dengan nama program “Pertanian Bulutana Berkelanjutan, Sejahtera dan Mandiri (PKT BERSERI)” ini diikuti puluhan petani binaan Pupuk Kaltim di Kelurahan Bulutana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini merupakan wujud kesinambungan komitmen Perusahaan dalam penguatan kapasitas petani, sekaligus mendorong produktivitas pertanian dengan daya dukung lahan yang tetap terjaga. Dan sesuai konsep pertanian berkelanjutan, Pupuk Kaltim mendorong petani untuk kembali menggunakan pupuk organik berupa kompos, karena dapat diolah dari bahan baku alam yang tersedia.
VP Marketing Business Partner Korporasi Pupuk Kaltim Indah Febrianty mengatakan, penggunaan kompos sangat didorong Pupuk Kaltim, mengingat pupuk organik tersebut dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi tanaman. Selain juga kompos dapat meningkatkan kualitas tanah, meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman, dan mencegah erosi tanah.
Langkah ini pun upaya Pupuk Kaltim mengurangi ketergantungan petani akan pupuk kimia, sehingga degradasi lahan dapat diantisipasi dengan nsur hara yang tetap terjaga dalam tanah. Selain itu penggunaan kompos juga membantu petani menghemat biaya produksi, dimana bahan baku yang tidak terpakai seperti jerami sisa panen maupun kotoran ternak sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan.
“Maka dengan bekal pelatihan ini, para petani bisa mengimplementasikan pembuatan kompos menggunakan Biodex, sehingga biaya produksi petani lebih diminimalisasi dan ketergantungan akan pupuk kimia juga bisa ditekan,” ucap Indah, Sabtu 3 Agustus 2024.
Disamping materi praktik pembuatan kompos dengan Biodex, sebanyak 75 petani binaan dari 6 Kelompok Tani (Poktan) di Bulutana pun diberikan pemahaman akan pentingnya pemupukan berimbang dan menjaga kesehatan tanah, sebagai upaya meningkatkan daya dukung lahan dan ketersediaan unsur hara dalam proses budidaya mampu dipertahankan dengan baik.
Selain itu, para petani juga diedukasi tata cara penggunaan aplikasi Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), sekaligus memperbaiki tanah dengan kompos serta pemupukan berimbang. Melalui pemahaman tersebut, penggunaan pupuk kimia secara berlebih pada lahan dapat semakin ditekan, sehingga kesehatan tanah mampu dipertahankan dalam jangka waktu lama.
“Kedepan para petani binaan ini bisa membuat kompos secara mandiri untuk pemenuhan kebutuhan pertanian mereka, agar dapat mencapai produktivitas hasil yang maksimal,” tambah Indah.
Guna meningkatkan efektivitas program, Pupuk Kaltim juga menyalurkan bantuan 150 karung Biodex dan satu unit mesin pencacah kompos sebagai bekal awal bagi kelompok tani memulai produksi secara mandiri. Hal ini juga wujud perhatian Pupuk Kaltim dengan tidak sekadar mengedukasi, tapi juga memberikan perangkat produksi agar sasaran program bisa berjalan secara optimal.
VP TJSL Pupuk Kaltim Sugeng Suedi menambahkan, para petani juga diberikan pengetahuan terkait Analisis Usaha Tani (AUT), agar kedepan bisa menghitung potensi usaha pertanian yang dijalankan sekaligus optimalisasi teknis perawatan melalui perhitungan yang sesuai.
Dimana program PKT BERSERI juga disiapkan sebagai pengembangan program serupa melalui inisiasi PKT BISA yang dijalankan di Magetan Jawa Timur, dimana pemanfaatan kompos menjadi salah satu upaya dalam mendorong sektor pertanian berkelanjutan dengan mengintegrasikan sektor pertanian dan peternakan untuk mewujudkan masyarakat tangguh dan mandiri di berbagai sektor.
“Dengan kembali menggiatkan pemanfaatan kompos, penggunaan pupuk kimia secara berlebih bisa terus ditekan dan tata kelola lahan yang lebih ramah lingkungan bisa diterapkan para petani dalam memaksimalkan potensi komoditas pertanian,” terang Sugeng.
Menurut dia, inisiatif ini sejalan dengan visi Pupuk Kaltim untuk menjadi perusahaan terdepan dan berwawasan lingkungan, dimana pertanian kompos terpadu sebagai solusi efektif untuk menghadapi tantangan global terkait keamanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Terlebih kesehatan lahan menjadi persoalan mayoritas sektor pertanian di Indonesia, diakibatkan kebiasaan penggunaan pupuk kimia berlebih hingga menyebabkan kualitas serta tingkat kesuburan tanah semakin menurun.
“Maka dari itu program ini disusun dan terus diperluas sesuai prinsip Environment, Social dan Governance (ESG) Pupuk Kaltim, untuk penciptaan manfaat bersama dengan memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” tandas Sugeng.
Lurah Bulutana Naba, menyambut positif inisiasi PKT BERSERI bagi para petani di wilayahnya, mengingat selama ini kebutuhan pupuk menjadi hal penting dalam mendorong produktivitas pertanian masyarakat. Namun dibalik itu, penggunaan pupuk kimia yang berlebih ternyata memiliki pengaruh besar terhadap potensi lahan dan hasil pertanian, sehingga dari edukasi yang diberikan petani menjadi lebih paham untuk pemupukan yang sesuai kebutuhan.
“Kegiatan ini sangat membantu petani kami untuk memahami dengan baik pemupukan berimbang serta pentingnya kompos bagi lahan. Kami optimis jika upaya ini dilaksanakan secara berkelanjutan, petanian di Bulutana akan semakin berkembang,” tutur Naba.
Mewakili Pemerintah Daerah, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kanreapia Syahria, mengungkapkan jika produk Pupuk Kaltim sangat dikenal oleh masyarakat dan selalu menjadi pilihan dalam mendorong produktivitas pertanian pada berbagai komoditas. Salah satunya sektor pangan, yang menjadi sumber penghasilan utama di wilayah Bulutana dengan area persawahan yang terbilang luas.
Namun demikian pentingnya pemupukan berimbang juga menjadi keharusan bagi petani untuk optimalisasi lahan, termasuk menjaga kesehatan tanah secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dirinya pun menilai program PKT BERSERI ini menjadi wadah bagi petani untuk edukasi pertanian dan peningkatan daya dukung lahan, agar hasil yang bisa dicapai semakin maksimal dan berdampak terhadap kesejahteraan petani dengan signifikan.
“Kami harap edukasi dan bekal pengetahuan terkait pengomposan ini bisa terus dikembangkan dalam mendukung potensi pertanian pangan yang lebih maju dan berkelanjutan,” ucap Syahria.(*)