Lapas Polewali Fasilitasi Napi Ikut Pendidikan Kesetaraan

  • Bagikan
DAFTAR. Warga Binaan Lapas Kelas II B Polewali sementara mendaftar untuk mengikuti pendidikan kesetaraan yang diadakan Lapas bekerjasama dengan PKBM Fajar Mulia Polman, Kamis 18 Juli 2024.

POLEWALI RADAR SULBAR — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Polewali mendorong para narapidana atau warga binaan yang putus sekolah untuk mendapatkan hak pendidikan melalui pendidikan kesetaraan. Salah satunya bersinergi dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Fajar Mulia penyelenggara pendidikan kesetaraan sebagai upaya memberikan kesempatan pendidikan bagi warga binaan yang belum menyelesaikan pendidikan formal.

Kepala Sub Seksi Registrasi dan Bimkemas Lapas Kelas II B Polewali, Asriani Darmawan mengatakan dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan bagi warga binaan ini dengan koloborasi PKBM Fajar Mulia. Kerjasama ini sudah berjalan sekira empat tahun dan telah menghasilkan alumni pendidikan kesetaraan di Lapas Polewali sekira 100 orang baik paket A, B dan C.

“Selama tiga hari terakhir ini kami laksanakan ujian keaksaraan, kejar paket A, B dan C bagi warga binaan yang diikuti sekira 30 orang. Mungkin bulan depan mereka yang telah dinyatakan lulus ini akan menerima ijazah setera dengan pendidikan formal,” terang Asriani Dermawan saat ditemui di Lapas Polewali, Kamis 18 Juli.

Saat pendaftaran paket kesetaraan bagi warga binaan, Kamis kemari ada 37 napi akan ikut pembelajaran. Diantaranya tiga orang paket A, 10 orang mengikuti paket B dan 17 orang mendaftar paket C. Selain itu ada tujuh warga binaan mendaftar keaksaraan dasar yang sama sekali belum pintar membaca karena selama ini tidak ikut pendidikan formal.

“Pembelajaran pendidikan kesetaraan ini dilakukan mulai Senin hingga Kamis setiap pekannya. Dalam pendidikan kesetaraan ini ada tujuh orang pegawai Lapas sebagai tutor atau tendik. Sementara modul pembelajaran disiapkan oleh PKBM Fajar Mulia. Pendidikan kesetaraan bagi warga binaan ini merupakan salah satu kegiatan pembinaan intelektual selain pembinaan kerohanian dan kemandirian,” tambahnya.

Tujuan mengadakan pendidikan kesetaraan ini bagaimana warga binaan yang putus sekolah bisa mendapatkan pendidikan walaupun mereka menjalani hukuman. Karena setelah selesai pendidikan kesetaraan mereka akan mendapatkan ijazah setera pendidikan formal yang menjadi bekal mereka nanti saat bebas.

“Program pendidikan kesetaraan ini merupakan upaya Lapas Kelas IIB Polewali untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada warga binaan yang belum sempat menyelesaikan pendidikan formal. Melalui pendidikan, diharapkan warga binaan dapat mengubah hidup mereka dan mempersiapkan diri untuk memasuki masyarakat dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik,” ungkapnya.

Sementara pimpinan PKBM Fajar Mulia, Dadang Hudong mengatakan kegiatan pendidikan kesetaraan bagi warga binaan ini diawali dengan MoU dengan Lapas tahun 2019 lalu. Hingga saat ini sudah berjalan empat tahun sasarannya warga binaan yang putus sekolah.

Kata Dadang banyak warga binaan yang ingin sekolah tetapi karena menjalani hukuman sehingga difasilitasi melalui pendidikan kesetaraan lewat PKBM Fajar Mulia. Saat ini sudah ada sekira 70-an warga binaan sementara proses pembelajaran pendidikan kesetaraan di Lapas Polewali mulai keaksaraan, paket A, B dan C.

“Saat ini kami kembali membuka pendaftaran siswa baru dan sudah ada sekira 37 orang warga binaan mendaftar baik keaksaraan, paket A, B dan C. Bahkan ada warga binaan yang menamatkan paket A mereka kembali lanjut mengambil paket B. Begitupun bagi paket B lanjut ke paket C. Bagi mereka yang sementara mengikuti pendidikan kesetaraan di Lapas dan masa tahananya selesai bisa melanjutkan pendidikannya di luar melalui koordinasi Bapas Polewali,” tambah Dadang Hudong.

Sementara salah seorang warga binaan, Hamzah mengaku bersyukur karena Lapas Polewali memfasilitasi warga binaan melanjutkan pendidikan walaupun menjalani masa tahanan. Ia mengaku telah mengikuti ujian paket B selama tiga hari dan rencana melanjutkan pendidikan kesetaraan paket C.

“Saya memang pak putus sekolah dan tidak tamat di SMP. Alhamdulillah saya mengikuti pendidikan paket B dan telah melaksanakan ujian. Kemudian akan lanjut paket C sehingga saat keluar nanti sudah menyelesaikan pendidikan kesetaraan. Saya bersyukur pak karena ijazah pendidikan kesetaraan setara dengan pendidikan formal SMP maupun SMA. Jadi ijazahnya bisa digunakan untuk melamar pekerjaan saat keluar nanti dari Lapas,” tutur Hamzah.

Hal sama diungkapkan warga binaan lainnya, Subandi mengaku mengikuti program paket A karena putus sekolah hingga kelas 4 SD. Ia mengaku medaftar pendidikan kesetaraan karena dalam Lapas ini warga binaan diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan.

“Sebenarnya sudah lama ingin melanjutkan pendidikan tetapi saya tidak tahu bagaimana prosedurnya. Setelah menjalani masa hukuman di Lapas saya ditawari mengikuti pendidikan kesetaraan sehingga langsung mendaftar. Rencananya setelah selesai nanti paket A akan lanjut ke paket B hingga masa tahanan saya selesai,” tandasnya.

Selain pendidikan kesetaraan, warga binaan juga diberi pendidikan keterampilan baik pertukangan maupun keterampilan lainnya. (mkb)

  • Bagikan