POLEWALI RADAR SULBAR — Puskesmas Pelitakan Kecamatan Tapango telah melakukan pemeriksaan terhadap kakak adik penderita tulang rapuh, Nur Azizah (10) dan Sri Wulandari (3). Rencananya Puskesmas Pelitakan akan merujuk kedua bocah ini ke RSUD Hajjah Andi Depu Polewali untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Hal ini diutarakan Kepala Puskesmas Pelitakan, Muhammad Jabir usai mengunjungi kedua anak tersebut di gubuknya di Desa Banatorejo Kecamatan Tapango, Rabu 10 Juli 2024.
Kunjungan Kepala Puskesmas Pelitakan ini bersama penanggungjawab gizi Puskesmas Pelitakan, Darmawati dan bidan Desa Banatorejo.
“Kami langsung melakukan intervensi setelah mengetahui adanya dua anak bersaudara menderita tulang rapuh. Dokter Puskesmas bersama bidan desa langsung melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan kedua anak tersebut. Kemudian dokter memutuskan kedua anak tersebut dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” terang Muhammad Jabir.
Pihak puskesmas baru mengetahuinya karena status administrasi kependudukan kedua orangtua anak tersebut masih tercacat sebagai warga Desa Kuajang Kecamatan Binuang. Sementara sudah satu tahun tinggal di Desa Banatorejo sehingga pihaknya terkendala ketika melakukan rujukan ke rumah sakit.
“Tetapi sejak tadi (Rabu kemarin) administarasi kependudukan sudah dipindahkan ke Desa Banatorejo. Sehingga kami akan secepatnya merujuk kedua anak tersebut ke rumah sakit. Nanti setelah dirujuk ke rumah sakit akan ditangani dokter ahli sehingga lebih maksimal,” tambahnya.
Ia mengaku mendapat informasi dari hasil diagnosa dokter keduanya mengalami tulang rapuh.
Sementara Petugas Gizi Puskesmas Peliatakan Darmawati sesuai pengukuran status gizi kedua anak tersebut mengalami ganguan gizi. Dimana Nur Azizah yang berusia 10 tahun hanya memiliki berat badan 11 kilogram. Idealnya jika usia 10 tahun mestinya berat badannya sudah 15-20 kilogram. Sementara adiknya Sri Wulandari yang berusia 3 tahun berat badannya hanya 6 kilogram seharunya sudah 11 kilogram keatas.
“Melihat status gizi kedua anak tersebut berada pada mines tiga standar deviasi atau masuk kategori gizi buruk. Selain itu keduanya masuk kategori stanting karena panjang badannya tidak sesuai,” terang Darmawati.
Menurutnya selama ini Puskesmas telah melakukan intervensi edukasi dan pendekatan persuasif kepada orangtua kedua anak tersebut agar mau ditangani dan dirujuk. Kemudian pemberian suplemen dan penguruan secara langsung dan konsultasi ke dokter ahli untuk ditangani lebih lanjut.
Dinsos Fasilitasi Bantuan
Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Polewali Mandar (Polman) akan memfasilitasi keluarga kurang mampu ini mendapat bantuan dari pemerintah. Khususnya penanganan kesehatan kedua anaknya yang menderita tulang rapuh.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinsos Polman, Andi Sumarni mengatakan pihaknya telah melakukan asesmen terhadap keluarga kurang mampu ini.
“Setelah kami intervensi, data keluarga ini masih tercatat di Desa Kuajang, padahal sudah tinggal di Desa Banatorejo. Sehingga kami mengurus perpindahan administrasi kependudukannya di Disdukcapil,” terang Andi Sumarni kepada wartawan.
Dia menjelaskan intervensi awal, data keluarga dua bocah ini dipindahkan ke Desa Banato Rejo, Tapango. Agar dapat menerima sejumlah program bantuan, termasuk fasilitas layanan kesehatan gratis di puskesmas.
Andi Sumarni menyebut orang tua bocah ini sudah terdaftar di program jaminan BPJS Kesehatan gratis.
“Sebagai penerima bantuan BPNT dari Kemensos, kami fasilitas untuk dapat penanganan medis,” lanjutnya.
Sumarni menyebut kondisi gubuk dihuni keluarga ini kurang layak, rencananya dia akan dipindahkan, karena sudah membeli sepatak tanah. Tinggal di gubuk lantaran lokasinya dekat dengan tempat Munir bekerja sebagai buruh batu merah.
Dia menambahkan ibu dua bocah lumpuh ini, Lilis akan diberikan bantuan pemberdayaan gerobak bakso.
“Intervensi pemberdayaannya ini akan kita berikan gerobak bakso, untuk ibu Lilis supaya bisa berjualan,” ungkapnya.
Selain bantuan Dinsos, sejumlah relawan kemanusiaan dan dermawan juga menyalurkan bantuan kepada keluarga Munir dan Lilis yang memiliki dua anak yang lumpuh karena tulang rapuh.
Sebelumnya diberitakan, Nur Azizah anak pertama lumpuh sejak dia mulai belajar berjalan. Sementara anak ketiganya Sri Wulandari lumpuh sejak lahir, hanya bisa terbaring lemah.
Keduanya telah pernah diperiksakan ke dokter, juga pengobatan alternatif pernah dicoba namun belum sembuh.
“Sudah pernah ke dokter, bahkan sampai ke Makassar kita berobat, obat alternatif juga pernah, tapi kondisinya masih seperti sekarang,” tutur Lilis. (*)