Yulius Padaunan Temukan Arti Penting Program JKN Saat Istrinya Jalani Pengobatan

  • Bagikan
Narasumber: Yulius (53) saat menyampaikan testimoni positif di kantor TVRI Sulawesi Barat. (ist)

MAMUJU, RADAR SULBAR – Yulius Padaunan (58) menceritakan pengalaman berharganya dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat mendampingi sang istri menjalani pengobatan tumor payudara.

Telah bertahun-tahun berkarier di dunia penyiaran, Yulius awalnya menganggap BPJS Kesehatan sebagai beban finansial yang tidak diperlukan jika seseorang mampu menjaga kesehatannya sendiri. Tetapi ia akhirnya tersadar bahwa Program JKN sangat bermanfaat bagi orang yang sedang mengalami gangguan kesehatan.

“Awalnya saya memiliki prinsip, tidak perlu terdaftar dan memakai Program JKN selama bisa menjaga kesehatan dan tidak sakit,” ucapnya, Jumat (21/06).

Namun, kenyataan hidup membawa Yulius pada situasi yang tak terduga. Istrinya didiagnosis mengidap tumor payudara, keadaan ini membuatnya menyadari betapa pentingnya memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang dapat diandalkan.

Dalam kondisi genting tersebut, Yulius dan istrinya memutuskan untuk memanfaatkan layanan melalui Program JKN. Mereka memutuskan untuk ke Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar dan ia melihat sendiri bagaimana BPJS Kesehatan berperan dalam memberikan perawatan dan pengobatan terbaik bagi istrinya. Mulai dari operasi besar pengangkatan tumor dengan kualitas layanan rumah sakit yang diberikan. Hingga penanganan lanjutan dengan obat-obatan berkualitas, semua biaya yang muncul ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

“Ketika istri saya didiagnosis mengidap tumor payudara, saya mulai menyadari pentingnya Program JKN dalam memberikan layanan kesehatan yang optimal. Saya menyaksikan secara langsung bagaimana BPJS Kesehatan mendukung pengobatan istri saya. Mulai dari operasi besar pengangkatan tumor yang berjalan lancar berkat fasilitas medis yang lengkap di rumah sakit, hingga perawatan pasca operasi dengan penyediaan obat-obatan,” ceritanya.

Yulius semakin tersadar betapa efektif dan mudahnya mengakses layanan. Proses yang dijalani tidak rumit, hanya dengan membawa dokumen administrasi yang diperlukan dan mendatangi rumah sakit yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, layanan pengobatan bisa segera didapatkan.

“BPJS Kesehatan sangat membantu apalagi saat posisi mendesak. Klaimnya sangat mudah, dan tidak perlu rujukan apabila gawat darurat, langsung dilayani dengan baik dan cepat. Jika saya tidak terdaftar dalam Program JKN saat istri saya sakit, mungkin penanganan medisnya akan tertunda,” tegasnya.

Saat ini, Yulius tidak lagi melihat BPJS Kesehatan sebagai beban finansial, melainkan sebagai penolong yang sangat penting dalam situasi darurat. Kini, setiap kali ia menderita flu, batuk atau sakit yang ringan lainnya, Yulius merasa tenang karena tahu ia bisa mengandalkan Program JKN.

“Pakai BPJS Kesehatan sangat menguntungkan, penyakit umum yang sering kali terjadi seperti flu dan batuk dapat dikontrol pada faskes yang ada di Mamuju,” ungkapnya.

Yulius juga menanggapi terkait dengan isu Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) dari Kementerian Kesehatan yang saat ini sedang tren di kalangan masyarakat. Ia menekankan bahwa penting untuk memberikan layanan kesehatan yang sesuai dengan hak kelas keanggotaan peserta JKN. Menurutnya, keadilan berarti setiap peserta harus mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kelas mereka.

“Konsistensi pelayanan kesehatan harusnya sesuai dengan hak kelas peserta. Kalau disamakan semua itu tidak adil,” sambungnya.

Pada akhir pertemuan, Yulius berharap BPJS Kesehatan dapat terus mengembangkan sistem yang transparan dan adil dalam memberikan layanan sesuai dengan kelas pesertanya. Menurutnya, ini bukan hanya tentang memberikan perawatan yang berbeda berdasarkan kelas, tetapi tentang memastikan bahwa setiap kelas mendapatkan perhatian yang layak dan pelayanan yang memadai.

“Sebenarnya manusia pada dasarnya sama di hadapan tuhan mereka. Tapi terkait dengan iuran yang berbeda, maka fasilitas yang didapatkan harus disesuaikan dengan yang telah dibayarkan. Itu yang disebut keadilan,” tutupnya. (PN/af)

  • Bagikan