Oleh: M Danial
DUA festival wisata berlangsung di Kabupaten Polewali Mandar pekan kemarin. Pelaksanaannya beriringan. Yaitu Festival Penyu Mampie 2024 yang berlangsung di Pantai Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo 19-21 Juni. Lalu festival yang berlangsung di Kecamatan Bulo pada 21-22 Juni. Namanya keren: Event Attraction Festival Bulo 2024.
Kedua event mengusung kampanye untuk meningkatkan geliat pariwisata dan kepariwisataan. Boleh dibilang serupa tapi tak sama. Tidak samanya karena festival penyu mengkolaborasikan promosi wisata, konservasi berkelanjutan, dan edukasi pelestarian penyu sebagai satwa yang dilindungi.
Festival Penyu tahun ini merupakan yang kelima kalinya sejak digelar pertama pada 2018. Sejumlah agenda festival menjadi daya tarik tersendiri berbagai pihak. Termasuk para wisatawan mancanegara yang sengaja datang dan menjadi bagian kemeriahan festival tersebut.
Pelepasan tukik atau bayi penyu ke laut merupakan salah satu agenda menarik. Para pengunjung yang terdiri warga lokal dan puluhan wisatawan mancanegara, sangat antusias terlibat langsung melakukan pelepasan tukik ke habitatnya. Lalu menyaksikan bayi-bayi penyu itu berjalan di permukaan pasir pantai, hingga hilang tersapu ombak. Penanaman pohon mangrove di Pantai Mampie merupakan juga kegiatan spesifik festival penyu.
Wisatawan asal Amerika Serikat, Hanna menyatakan gembira berada di Mampie menyaksikan festival penyu. Hanna bersama beberapa rekannya dari AS dan Kanada berbaur di tengah keramaian pengunjung di kawasan Rumah Penyu, Mampie.
Para wisatawan mancanegara itu tidak hanya terhibur menyaksikan berbagai agenda festival. Lebih dari itu, mereka mengaku mendapat ilmu dan pengalaman selama kegiatan yang berlangsung tiga hari. Mereka tak mau ketinggalan tampil menghibur peserta dan pengunjung di panggung festival penyu. Keren.
“Saya senang datang ke sini, banyak ilmu dan pengalaman saya dapatkan. Tidak hanya melihat penyu, banyak juga yang lain kita saksikan,” komentar Hanna.
“Festval Penyu sangat keren,” imbuhnya, memuji. Pujian itu merupakan bentuk apresiasi yang serius dan tulus dari orang asing. Tentu tidak mengada-ada. Bukan pernyataan gombal karena tujuan tertentu.
Bagi Komunitas Sahabat Penyu sebagai penyelenggara festival, apresiasi merupakan penyemangat sekaligus sebagai tantangan untuk kegiatan yang makin baik dan mendapatkan hasil yg makin baik pula.
Ketua Sahabat Penyu, Muhammad Yusri mengatakan festival penyu merupakan strategi untuk mensosialisasikan dan memasyarakatkan pentingnya pelestarian lingkungan, konservasi, dan kampanye penyelamatan penyu dari kepunahan. Melalui festival, semua kalangan dapat berperan dan berkontribusi melakukan kampanye isu lingkungan dan pelestarian penyu sebagai satwa langka.
Dilansir dari profauna.net, di dunia diketahui terdapat tujuh jenis penyu. Enam jenis terdapat di Indonesia. Yaitu penyu hijau atau chelonia mydas, penyu sisik (eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (lepidochelys olivacea). Selain itu, penyu belimbing (dermochelys coriacea), penyu pipih (natator depressus), dan penyu tempayan (carteran caretta).
Wilayah perairan dan pantai Sulawesi Barat diketahui merupakan tempat pendaratan penyu untuk bertelur. Di daerah ini banyak terdapat penyu sisik, penyu hijau, dan penyu lekang.
UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, mengatur perlindungan penyu dan satwa langka di Indonesia. PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pelanggaran UU tersebut merupakan tindak pidana yang diancam hukuman penjara lima tahun atau denda Rp100 juta. Pemanfaatan jenis satwa dilindungi hanya diperbolehkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian, dan penyelamatan jenis satwa yang bersangkutan.
Festival Penyu disebut unik oleh beberapa pihak karena mengkolaborasikan promosi wisata, konservasi dan edukasi pelestarian lingkungan. Sedangkan Festival Wisata Bulo 2024 fokus pada upaya edukasi untuk membangkitkan perekonomian masyarakat melalui wisata dan budaya.
Ketua penyelenggara Edy Rasyid menyatakan harapan berbagai potensi di wilayah tersebut makin dikenal melalui festival wisata. Sehingga memberikan dampak bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Destinasi wisata Pantai Mampie, Desa Galeso dan Desa Bulo yang memiliki destinasi unggulan “negeri di atas awan”, tercatat dalam daftar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa Bulo sempat lolos sebagai salah satu dari 300 desa calon penerima ADWI. Sedangkan Desa Galeso dan Desa Laliko, Kecamatan Campalagian tercatat di kelompok 500 desa dsri seluruh desa wisata di Indonesia.
Hingga kini, beberapa lokasi yang memiliki potensi sebagai destinasi wisata, membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai. Terutama untuk kelancaran transportasi dan komunikasi.
Destinasi wisata Pantai Mampie dan kawasan agrowisata Bulo, misalnya. belum didukung jaringan internet untuk kelancaran komunikasi dan kenyamanan pengunjung di lokasi wisata.
Destinasi wisata di wilayah pantai atau pegunungan, semua butuh ketersediaan infrastruktur untuk kenyamanan, ketenangan dan keamanan pengunjung. (*)