JAKARTA, RADAR SULBAR – Di tengah kondisi global yang kurang kondusif, pasar modal Indonesia mampu tumbuh positif sebagaimana tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat sebesar 6,62% di tahun 2023 dibanding posisi penutupan akhir 2022. Hal ini tak terlepas dari perekonomian nasional yang tumbuh solid didorong dengan kinerja emiten yang tumbuh positif.
Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk emiten berkode BBRI yang sepanjang tahun 2023 mencatatkan kinerja keuangan dan kinerja saham yang positif. BBRI pun dianugerahi dua penghargaan dari Best Stock Awards 2024 yang diselenggarakan Investortrust dan Infovesta pada Kamis, 25 Januari 2024. Adapun kategori yang dimenangkan BBRI yakni sektor finansial dengan nilai Market Cap besar dan sektor BUMN dengan nilai Market Cap besar.
Kinerja positif Perseroan pun dicerminkan dari kinerja saham BBRI yang sempat kembali menyentuh rekor tertingginya atau all time high (ATH) di level 5.850 per lembarnya pada penutupan perdagangan, Jumat (12/1), sehingga kapitalisasi pasar BRI sempat menembus Rp 879,04 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso pun mengungkapkan bahwa keberhasilan yang dicapai BRI mencerminkan kemampuan perseroan dalam merespons berbagai tantangan. Sunarso juga mengatakan bahwa BRI memiliki optimisme yang besar untuk mengarungi iklim bisnis pada 2024, karena BRI memiliki fundamental yang kuat. Hal tersebut juga ditopang oleh stimulus fiskal yang diharapkan mampu meningkatkan purchasing power masyarakat, serta manajemen risiko perbankan yang semakin baik karena telah berkali-kali menghadapi krisis. “Di sisi lain BRI juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru yakni holding ultra mikro,” kata Sunarso.
“Dengan strategi jangka panjang yang telah disiapkan secara menyeluruh, Perseroan meyakini mampu menghadapi berbagai tantangan dan peluang kedepan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan terus men-deliver economic maupun social value bagi seluruh pemangku kepentingan,” imbuhnya.
Penilaian Best Stock Awards 2024 dilakukan terhadap 903 saham emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hingga akhir Desember 2023. Pertumbuhan harga saham periode Januari hingga Desember 2023 menjadi basis perhitungan. Selain itu tingkat likuditas saham dan kinerja fundamental emiten juga menjadi poin penting dalam menentukan pemenang Best Stock Awards 2024.
Direktur PT Infovesta Utama Parto Kawito membeberkan, sebelum melakukan perhitungan saham yang layak menjadi juara, pihaknya mengawali penilaian dengan menerapkan seleksi awal yang mencakup 5 kriteria. ‘Seleksi awal ini penting, agar saham yang menjadi jawara merupakan saham berkualitas terbaik yang bisa menjadi acuan investor,’’ kata Parto.
Adapun kriteria seleksi awal dalam pemeringkatan Best Stock Award yakni Emiten tercatat di IDX minimal 5 tahun, rata-rata nilai transaksi harian dalam 1 tahun terakhir minimal Rp 1 miliar. Selanjutnya tidak mengikutsertakan emiten yang mempunyai notasi khusus dari IDX sampai batas waktu pengolahan data yang ditentukan kemudian; selanjutnya emiten tidak pernah atau tidak sedang memiliki mengalami masalah gagal bayar atau hukum berdasarkan keputusan resmi dalam 3 tahun terakhir; serta dalam rangka mendukung program ESG, emiten yang tidak memiliki Laporan Keberlanjutan periode tahun buku 2022 akan mendapat pengurangan nilai alias penalti.
Setelah lolos seleksi awal, emiten yang lolos akan dihitung dengan menggunakan sejumlah indikator meliputi aspek Kinerja Keuangan yang diberi bobot 40%. Terdapat 5 indikator penilaian terkait aspek tersebut yakni tren pertumbuhan top line (pendapatan) dan bottom line (laba bersih) selama 5 tahun, pertumbuhan gross profit margin selama 5 tahun, pertumbuhan laba operasi selama 5 tahun, pertumbuhan arus kas dari operasi selama 5 tahun, serta pertumbuhan ROE dan ROA selama 5 tahun.
Kemudian aspek valuasi diberi bobot 20% dan menggunakan 2 indikator penilaian yakni Price to Earning Ratio atau rasio yang membandingkan antara harga saham dengan laba per saham dari setiap saham. Serta Price to Book Value Ratio yakni rasio yang membandingkan antara harga saham dengan nilai buku per saham.
Ada pula aspek Volatilitas dengan bobot 20% dan menggunakan indikator BETA. BETA merupakan indikator untuk mengukur sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan IHSG sebagai benchmark-nya. Semakin low sensitivity atau BETA yang rendah maka diindikasikan dapat lebih stabil.
Terakhir yakni aspek Likuiditas yang diberi bobot 20% dan menggunakan dua indikator yakni rata-rata nilai transaksi harian dan rata-rata nilai frekuensi harian dalam setahun terakhir. Dengan indikator penilaian ini dapat menjadi acuan BBRI menjaga kinerja gemilang sepanjang 2024. (*)