Oleh: M Danial
YANG lahir awal Januari 2007 kini sudah berusia remaja. Kelahirannya 17 tahun lalu bersamaan berita yang menghebohkan. Yang menjadikan Matangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat menjadi berita media nasional dan internasional soal kecelakaan pesawat.
Pesawat Adam Air yang membawa 102 penumpang dan awak pesawat dikabarkan jatuh di daerah Rangoan, Matangnga pada 1 Januari 2007.
Kabar kecelakaan Boeing 737-400 di pegunungan Polman itu segera tersebar luas. Terlebih esoknya, bertepatan dengan kunjungan Menteri Koperasi dan UKM Surya Dharma Ali dan Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh menyerahkan DIPA (Daftar Isian Proyek Anggaran) di Rujab Bupati Polewali Mandar, 2 Januari 2007.
Suasana perayaan Tahun Baru 2007 yang meriah seketika muram, akibat informasi memilukan soal Adam Air itu. Kala itu belum dikenal istilah hoax dan viral. Tapi kemudian, kabar bahwa pesawat Adam Air jatuh di daerah Matangnga merupakan hoax yang sempat menjadi breaking news medis internasional.
Di sisi lain liputan berbagai media termasuk beberapa media internasional soal Adam Air membuat Sulawesi Barat yang baru tiga tahun terbentuk lebih cepat dikenal. Viral lantaran berita Adam Air. Tapi kala itu medsos belum sekencang sekarang.
Tidak diketahui asal-muasal informasi pesawat Adam Air jatuh di daerah Rangoan. Yang jelas upaya pencarian segera dilakukan oleh otoritas yang berwenang bersama TNI, Polri, Pemkab, dan masyarakat. Paranormal pun terlibat pencarian dengan caranya sendiri, demi menemukan jejak burung besi yang nahas itu.
Pencarian berlangsung berhari-hari sampai berbulan-bulan. Di gunung, di hutan sampai ke pantai dan perairan Selat Makassar, lalu ke gunung lagi. Namun tidak membuahkan hasil. Sebanyak 102 penumpang, termasuk tujuh anak-anak, empat bayi, dan enam awak pesawat, maupun bangkai pesawat yang membawanya tidak ditemukan.
Beberapa warga yang ikut pencarian, mengaku tidak pernah melihat atau mendengar pesawat jatuh di daerahnya. Karena itulah mereka heran dengan kabar pesawat Adam Air jatuh di daerah Matangnga. Banyak orang berdatangan ke sana, termasuk Gubernur Sulbar, Bupati Polman, Kapolda Sulselbar dan Danrem.
“Kalau ada pesawat jatuh jatuh di daerah ini pasti mudah kelihatan. Pesawat ukurannya besar, sebesar gedung SD,” kata Baharuddin Tamoe, Kepala Desa Besoangin, Kecamatan Tutar, saat mendampingi pencarian di wilayahnya yang berbatasan dengan Kabupaten Majene.
Kilas-balik peristiwa kecelakaan pesawat Boeig 737-400 buatan Prancis 1990 dilansir berbagai media, termasuk media luar negeri. Pesawat Adam Air KL 574 penerbangan domestik jalur Jakarta – Surabaya – Manado. Setelah transit di bandara Juanda Surabaya, pesawat lepas landas pukul 12,15 WIB tujuan Bandara Sam Ratulangi, Manado. Direncanakan tiba pukul 16,14 WITA, namun pesawat tidak pernah tiba di Manado.
Dilansir Harian Kompas (2/1/2007), satu jam tujuh menit setelah terbang, pesawat Adam Air putus kontak dengan radar Air Traffic Centre (ATC) Bandara Makassar, Sulawesi Selatan.
“Pada saat putus kontrak, posisi pesawat berada pada 85 mil laut (157,42 kilometer) sebelah barat laut Makassar dengan ketinggian 35.000 kaki (10.668 meter),” jelas Direktur Jenderal Perhubungan Udara (saat itu), Muhammad Iksan Tatang.
Namun esoknya, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa dan Koordinator tim SAR Marsekal Udara Pertama Eddy Suyanto mengumumkan bahwa pesawat Adam Air sudah ditemukan. Dilaporkan menabrak pegunungan di ketinggian 8.000 kaki di desa Rangoan, Sulawesi Barat, kurang lebih 250 kilometer dari Makassar, Sukawesi Selatan.
Kabar itu juga menginformasikan bahwa sebanyak 90 korban tewas, sementara 12 orang lainnya belum ditemukan. Namun SAR tidak menemukan bangkai pesawat pada lokasi tersebut. Informasi penemuan itu diralat pada malam harinya. Otoritas meminta maaf atas kesimpangsiuran informasi soal kecelakaan pesawat Adam Air tersebut.
Setelah tujuh bulan dinyatakan hilang, kotak hitam (black box) Adam Air nomor penerbangan 574 ditemukan pada 27 Agustus 2007. Benda pentimg itu ditemukan di kedalaman perairan Majene Sulawesi Barat. Selain perekam data penerbangan atau FDR, ditemukan juga perekam suara kokpit di kedalaman 2000 meter.
Ketua Komite Nasiobal Keselamatan Penerbangan (KNKT) Tatang Kurniadi memastikan dalam penemuan kotak hitam Adam Air di perairan Majene tidak ditemukan serpihan bekas tubuh manusia. Pencarian dan pengangkatan kotak hitam dari dasar laut itu dilaporkan menghabiskan biaya sekira Rp27 Miliar.
Berita kecelakaan Adam Air benar adanya, tapi bukan di daerah Matangnga. Kotak hitam pesawat nahas itu ditemukan di perairan Majene. Berita soal insiden udara itu menjadi tragedi informasi yang memicu prank se Indonesia, bahkan dunia. (*)