Pada tanggal (14/11), direktur rumah sakit Mohammad Abu Salmiya mengatakan 179 jenazah telah dikuburkan secara massal di dalam kompleks tersebut.
Di antara korban yang kehilangan nyawa, ada tujuh bayi prematur yang meninggal karena tidak ada listrik untuk menyalakan inkubatornya.
Jenazah yang tiba di Khan Yunis pada hari Rabu (22/11), sempat ditahan oleh Israel sebelum dibebaskan setelah ada perwakilan dari ‘negara ketiga dan PBB,’ menurut komite darurat di kementerian agama.
Sejak konflik pecah, korban yang meninggal dikuburkan dengan tergesa-gesa di lahan pribadi dan bahkan lapangan sepak bola, ketika kuburan penuh atau tidak dapat diakses karena pertempuran.
Seminggu setelah perang dimulai, Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan ada kekurangan kantong jenazah.
“Setiap cerita yang keluar dari Gaza adalah tentang kelangsungan hidup, keputusasaan, dan kehilangan,” kata Philippe.
Perang dimulai pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pemerintah Israel.
Israel melancarkan serangan pengeboman besar-besaran dan kemudian serangan darat di Gaza yang menurut pemerintah Hamas, telah menewaskan 14.100 orang, ribuan di antaranya adalah anak-anak. (jpg)