MAKASSAR, RADAR SULBAR – Polemik surat edaran soal pengalokasian anggaran dana desa sebesar 40 persen di atas lahan 2 juta hektar dengan target 500 ribu hektar untuk tanaman pisang yang dicanangkan Pj. Gubernur Sulsel belum juga reda.
Sebagai bentuk protes yang bersifat satire, Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Sulsel Bersatu (AMPSB) bakal menggelar acara “Lomba Makan Pisang” yang rencananya bakal digelar hari Minggu (22/10/2023) di Monumen Mandala Makassar Sulsel.
Panitia kegiatan Takbir mengatakan kegiatan ini akan dimulai pukul 07.00 Wita dan akan menyediakan doorprizee seperti handphone, kompor gas, rice cooker serta kipas angin.
Saat ditanya tujuan digelarnya kegiatan ini, Takbir memgatakan ini sebenarnya adalah sebuah aksi protes keras terhadap surat edaran Pj Gubernur Sulsel.
“Tapi kita melakukannya dengan cara unik. Sekaligus melatih masyarkat Sulsel untuk mulai membiasakan makan pisang sebagai menu utama,” ujar Takbir.
Lanjut Takbir, kalau memang program ini tetap dipaksakan untuk dijalankan, maka maka mayatakat Sulsel harus siap kebanjinan pisang.
“Maka kita harus cepat melakukan latihan untuk memakannya,” imbuhnya.bila perlu makanan pokok beras ganti pisang.
Dia juga menegaskan bagaimana bila pasca panen pisang nantin, tidak ada yang membeli dan tidak ada pasar yang mau menampungnya setelah pasca panen.
“Ini bisa jadi masalah besar bagi petani karena akan merugi dan bangkrut,” katanya.
Takbir mengingatkan bagaimana dulu petani disuruh menanam pohon jarak yang akhirnya bangkrut katena tak ada pembeli.
“Setelah itu, petani diminta lagi tanam porang, juga sama nasibnya. Petani kapok tanam pohon jarak dan porang. Kini tanam pisang, jadi untuk antisipasi kita latihan makan pisang,” tandasnya.
Menanggapi ini, pengamat kebijakan publik M.Saifullah mengatakan, ide kegiatan ini cukup unik dan menarik.
“Ini sebentuk protes yangbersifat satire masyarakat kepada Pemprov Sulsel karena sampai saat ini, kabarnya surat edaran itu belum juga dicabut,” katanya saat dihubungi, Kamis (19/10/2023).
Jadi, kata Saiful, sebagai bentuk antisipasi maka masyarakat mulai saat ini harus dilatih memakan pisang.
“Kalau dari perspertif analisa kebijakan publik, protes seperti ini sebenarnya malah lebih menohok dari aksi unjuk rasa karena ini sudah mencermin suasana batin masyarakat yang sudah menjatuhkan talak tiga pada Pj. Gubernur Bahtiar,” katanya.
Makanya, untuk mengembalikan kondisi yang gaduh gegara kebijakan yang tak terukur serta tidak melalui kajian komprehensif ini, Pj Gubernur Bahtiar legawa mundur saja.
“Ini lebih menunjukkan sikapnya yang gentelment karena dalam realitasnya, belum sebulan memimpin Pak Pj Gubernur ini sudah mendapat mosi tidak percaya dari para kepala desa, mahasiswa, pemuda serta masyarakat Sulsel umumnya,” pungkasnya. (**)