POLEWALI RADAR SULBAR — Ratusan warga Paku Kecamatan Binuang kembali memblokir jalan menuju Tempat Pemprosesan Akhir (TPA), Jumat 22 September. Warga menghalangi dan tak mengisinkan belasan truk sampah masuk ke TPA.
Walaupun truk tersebut dikawal oleh aparat gabungan dan kepolisian, TNI dan Satpol PP tetapi warga tetap bersikuluh menolak pembukaan kembali TPA Paku.
Akibatnya belasan truk pengakut sampah tertahan di jalan masuk TPA Paku.
Warga melakukan penolakan TPA dibuka kembali dengan alasan sudah di tutup sejak Desember 2021 berdasarkan surat pernyataan Bupati Polewali Mandar.
Aparat keamanan yang mengawal truk sampah sempat melakukan negosiasi dengan warga namun gagal.
Warga ngotot menolak, hingga akhirnya belasan truk pengangkut sampah yang awalnya akan menuju TPA terpaksa meninggalkan lokasi.
Untuk menghindari benturan, puluhan truk sampah yang dikawal.aparat gabungan tersebut memilih untuk.putar balik.
“Kami tidak setuju kampung kami dijadikan tempat pembuangan sampah, silakan cari tempat lain. Sudah bertahun-tahun kami menderita akibat keberadaan TPA,” teriak salah seorang warga bernama Sumiati.
Warga lain, Syarif mengungkapkan, aksi penolakan dilakukan lantaran pemerintah dianggap telah melanggar komitmen. Mereka dijanji hanya dilakukan pengelolaan sampah yang sudah ada, bukan sampah baru.
“Yang mendasari ini adalah karena bahasa pemerintah yang dikelola adalah sampah di dalam bukan sampah baru. Kenyataan di lapangan yang dikasih masuk adalah sampah baru. Makanya masyarakat turun karena tidak sesuai apa yang dikatakan pemerintah,” ungkapnya.
Dia juga menuturkan jika keberadaan TPA sangat berdampak pada lahan pertanian warga setempat. Pemerintah juga dianggap ingkar janji terkait manfaat yang dapat dinikmati warga dengan TPA tersebut.
“Lahan produktif jadi saran tikus, jarak dari pemukiman sangat dekat dan memang dari awal ini adalah tempat pemrosesan akhir, banyak hal dijanjikan pemerintah kenyataan masyarakat tidak pernah menikmati hasil yang dijanjikan pemerintah. Seperti pengolahan gas dan pupuk organik yang tidak pernah terealisasi,” jelasnya.
Syarif bersama warga lainnya mengaku akan bertahan dan tidak membiarkan TPA kembali difungsikan. “Kami akan terus bertahan seperti sekarang apapun konsekuensinya,” tandasnya.
Sementara, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Polman, Agusniah Hasan Sulur membantah jika akan ada dampak yang ditimbulkan jika TPA kembali difungsikan.
“Inikan beberapa hari ini sudah dilakukan bagian daripada sosialisasi dengan melakukan pengujian apakah betul pengelolaan (sampah) ini berdampak kepada masyarakat. Dan ternyata memang tidak ada dampak dan tidak ada lindi, yang dihasilkan adalah kompos dan juga maggot,” bebernya.
Dia juga mengaku jika sebelumnya telah melakukan negosiasi dengan warga dan mempersiapkan beberapa hal sebelum TPA difungsikan kembali.
“Kita lakukan negosiasi dan mempersiapkan beberapa hal terkait TPA difungsikan kembali. Bukan pembuangan tetapi tempat pemrosesan sampah yang tidak berdampak langsung terkait apa yang dikhawatirkan masyarakat,” pungkasnya. (mkb/jaf)