POLEWALI, RADAR SULBAR — Warga Dusun Kapejang Pulau Battoa, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar keluhkan proyek jalan produksi nelayan.
Proyek ini menelan anggaran sebesar Rp800 juta. Ini sudah termasuk pekerjaan dueker dan jalan rabat beton. Dari hasil pengerjaannya, warga meragukan kualitas.
Menurut salah seorang warga, Puddin kualitas proyek ini dipertanyakan pasalnya bangunan dueker yang sudah terbangun hasilnya jelek. Campuran pasir dan semen mudah terurai bahkan ketika di cubit menggunakan tangan material proyek mudahnya terurai.
“Campurannya ini empat pasir tambah satu zak semen, kualitasnya seperti tepung beras hanya dengan menggunakan tangan material yang sudah terpasang ini terurai,” ujarnya.
Masyarakat berharap kualitas pembangunan jalan ini dapat diperbaiki karena yang akan menggunakan fasilitas tersebut adalah warga sendiri di Pulau Battoa.
Terpisah PPTK proyek Pembangunan jalan produksi nelayan Arifuddin menjelaskan, panjang jalan di Pulau Battoa yang dikerjakan tersebut yakni 800 meter sesuai dengan pagu yang disiapkan untuk proyek tersebut.
“Kegiatannya rabat beton yang volumenya dan speksifikasnya disusuaikan dengan anggaran yang adan,” jelas Arifuddin.
Lanjutnya, material yang digunakan diangkut dari Polewali lalu disebrangkan menggunakan taksi perahu dengan biaya angkut Rp. 10.000 setiap satu zak semen.
Lebar jalan yang dikerjakan dua meter dengan panjang 800 meter. Sementara terkait standar jalan tersebut Ia tidak menyebutkan kualitas mutu yang digunakan. “Standarnya ini sama dengan kualitas jalan produksi lainnya seperti pertanian. Karena akses jalan ini tidak dilalui kendaraan umum seperti truk,” jelasnya.
Arifuddin mengatakan, meskipun jalan yang dibangun adalah jalan produksi tapi proses pembangunannya tetap menggunakan material berkualitas cipping, pasir dan semen yang pengelolaannya menggunakan mesin molen pengaduk semen.
Kemudian terkait dengan sertifikasi teknik yang dimilikinya sebagai PPTK proyek pembangunan jalan, Arifuddin mengatakan proyek jalan ini tidak mesti memiliki sertifikasi. Karena nilai kegiatannya dibawa satu miliar dan dalam proyek ini tidak ada PPK tetapi adanya Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Video aksi protes warga Dusun Kapejang Pulau Battoa ini beredar luas di beberapa grup whatsapp. Pihak rekanan yang dikonfirmasi terkait kegiatannya tersebut tidak memberikan tanggapan saat dikonfirmasi via WhatsApp.
Sementara itu, warga Tonyaman Iwan menyampaikan, dueker yang dikeluhkan oleh masyarakat tersebut telah dibongkar oleh rekanan. (arf/mkb)