Soal Polusi dan ISPA, Menkes Berharap Ada Kerja Sama Banyak Pihak dari Hulu ke Hilir

  • Bagikan
Menkes Budi Gunadi Sadikin di puncak peringatan Pekan Imunisasi Dunia 2023. (Istimewa)

JAKARTA, RADAR SULBAR – Polusi udara di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya makin mengkhawatirkan. Pasalnya, karena buruknya kualitas udara belakangan ini, kasus Infeksi Saluran Penrapasan Akut atau ISPA jadi meningkat dan menjadi momok menakutkan bagi warga DKI Jakarta dan sekitarnya selepas pandemi Covid-19 mereda.

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta sebelumnya menyebut, sekitar 100 ribu warga di Ibu Kota mengalami ISPA setiap bulan akibat peralihan cuaca, ditambah dengan parahnya kualitas udara belakangan ini.

“Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk,” kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama di Jakarta, dikutip dari Antara.

Ngabila menyebut dampak dari polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya penyakit selama peralihan cuaca, Ngabila menyarankan untuk tetap di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.

Selain itu, dalam upaya menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga sebelumnya kembali melakukan Work From Home atau WFH bagi ASN di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Hal ini diharapkan bisa menekan mobilitas kendaraan yang di sekitar Jakarta yang disebut-sebut menjadi penyebab utama polusi udara.

Menanggapi tingginya angka ISPA yang terjadi belakangan ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut kalau untuk mengatasi hal ini dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Hal ini supaya kasus ISPA tidak sampai membebani budget BPJS.

“Nah, ISPA, ini kita di sisi hilir ya, kalau ada yang sakit kita yang menangani. Rumah sakitnya, dokternya dan obat-obatannya. Tapi, penyakit pernapasan ini ada lima, kanker paru, tuberkolosis (TB), paru kronis, asma dan pneumonia, semuanya meningkat,” ungkap Budi ditemui wartawan seusai menjadi pembicara di UPH Festival 2023 di Kampus UPH Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Jumat (25/8).

Dirinya melanjutkan, kelima penyakit ISPA ini semuanya ditanggung pengobatannya melalui BPJS Kesehatan. Pada tahun lalu, anggaran penangananya mencapai Rp 10 triliun, Untuk itu, dia berharap penanganan polusi udara dilakukan dari hulu.

“Sehingga tak terjadi terus menerus peningkatan pasien penyakit pernapasan akibat polusi udara. Tahun lalu, BPJS nya mencapai Rp10 triliun dan memang terjadi peningkatan cukup tinggi akhir-akhir ini,” kata Budi menambahkan.

Dari sisi Hulu, yang dimaksud Budi adalah yang berkenaan dengan lingkungan hidup, energi, dan transportasi, agar polusi ini segera teratasi. Dirinya dalam kesempatan tersebut juga menanggapi upaya meredam polusi udara viral dengan melakukan penyemprpotan jalan.

Menurutnya, hal tersebut tak efektif. Budi bilang kalau aksi tersebut kurang begitu efektif untuk mengurangi polusi, sebab langkah yang lebih konkrit untuk mengatasi masalah ini adalah pengurangan transportasi.

“(Soal) Penyiraman jalan, sebenarnya yang lebih efektif adalah mengurangi transportasi sama batu bara. Kalau mau tahu efektif atau tidak, tanya sama yang nyiram,” pungkasnya sembari berlalu pergi. (jpg)

  • Bagikan