MAMUJU, RADARSULBAR — Penyebaran paham terorisme dan radikalisme bisa masuk dan menjangkit siapa saja. Penyebarannya pun bisa melalui banyak medium, salah satunya media sosial.
Maraknya penggunaan media sosial menjadi salah satu alasan mengapa paham ini lebih gampang disusupkan ke para pengguna media sosial yang notabenenya didominasi para generasi muda.
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulbar menyadari betul betapa pentingnya peran generasi muda dalam membendung paham-paham radikalisme.
Melalui Kampus Rakyat Terpilih Indonesia (KARAKTER ID), FKPT Sulbar mengajak para pemuda di Mamuju untuk aktif mmembentengi diri dan lingkungan dari paham buruk tersebut.
Sub Koordinator Kerja Sama Lembaga Non Pemerintah BNPT RI, Igor Tanjung Pambuko mengatakan, pencegahan paham radikal dan terorisme tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu keterlibatan pihak lain, baik dari akademisi, media, pelaku usaha dan masyarakat.
“Pemerintah punya pentahelix. Kami tidak bisa kerja sendiri. Melawan kelompok radikalisme harus dilawan bersama,” ujarnya.
BNPT, kata dia, sudah melakukan berbagai upaya kekinian dalam mencegah radikalisme. Namun, dirinya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mesti diperbaiki dan dilakukan bersama.
“Pola penyebaran radikalisme bisa datang dari media massa melalui internet, buku dan majalah. Bisa juga datangan dari hubungan kekeluargaan dalam bentuk pernikahan, kekerabatan dan keluarga inti. Termasuk dari komunikasi langsung dalam bentuk dakwah, diskusi atau bedah buku,” sebutnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulbar, Saifuddin menuturkan, Indonesia bakal mengalami bonus demografi dari 2010-2035. Artinya jumlah usia produktif lebih banyak dibanding usia tidak produktif.
“Kalau kita tidak bisa manfaatkan, maka cita bangsa mencetak generasi emas akan terlewatkan. Mari kita manfaatkan dengan sebaiknya sehingga ke depan tercipta generasi emas,” jelasnya.
Olehnya, kata dia, masih ada waktu selama 22 tahun untuk terus meningkatkan kompetensi dan kemampuan dalam menangkis paham radikalisme.
“Bisa jadi tanpa kita sadari paham radikalisme masuk ke lingkungan kita, sekolah dan kampus kita lewat media sosial,” ujarnya.
Melalui forum ini, Sjaifuddin berharap, para pemuda dapat tercerahkan dan bisa bersikap dalam membendung radikalisme.
Kepala FKPT Sulbar, Imran Idris mengaku, apa yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) sama yang dilakukan dengan Kementerian Pendidikan Kebudauaam Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam memupuk persatuan dan kesatuan melalui Kurikulum Merdeka saat ini.
“Rohnya sama. Kami punya pilar bangsa dan Kemendikbud punya Kurikulum Merdeka. Tujuannya sama yakni menumbuhkan rasa cinta bangsa dan tanah air,” ujarnya. (ajs/jaf)