MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID – Nilai ekspor Sulbar pada Juni 2023 mencapai US$ 75,18 juta. Naik 410,01 persen dibanding bulan Mei 2023. Sayang, komoditas yang diekspor tersebut tidak dikirim melalui pelabuhan di Sulbar.
Lemak dan minyak hewani/nabati merupakan komoditas ekspor utama Sulbar selama Juni 2023 dengan kontribusi sebesar 94,31 persen dari total ekspor Sulbar. China menjadi negara tujuan utama terbesar ekspor Sulbar selama periode itu dengan kontribusi 42,63 persen.
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri menuturkan, secara kumulatif, nilai ekspor Sulbar naik sebesar 24,51 persen dari US$ 176,22 juta di periode Januari-Juni 2022 menjadi US$ 219,42 juta di periode Januari-Juni 2023.
“Kenaikan tersebut disebabkan oleh kembali meningkatnya ekspor hasil industri berupa lemak dan minyak nabati/hewani,” kata Tina, dalam press rilis, beberapa waktu lalu.
Ia mengaku, negara tujuan utama ekspor Sulbar pada bulan Juni 2023 adalah China, India, Korea Selatan, Myanmar, dan beberapa negara lainnya. Dari total nilai ekspor selama bulan Juni 2023 sebesar US$ 75,18 juta, nilai ekspor ke China mencapai US$ 32,05 juta atau 42,63 persen, India sebesar US$ 23,00 juta atau 30,59 persen, Korea Selatan US$ 12,50 juta atau 16,63 persen, Myanmar sebesar US$ 4,90 juta atau 6,52 persen, dan beberapa negara lainnya sebesar US$ 2,71 juta atau 3,79 persen.
“Dibanding bulan sebelumnya, nilai ekspor ke negara India meningkat sebesar 38.291,96 persen dari US$ 0,06 juta menjadi US$ 23,00 juta, ke negara Korea Selatan meningkat sebesar 20,70 persen, Sedangkan China dan Myanmar tidak tercatat melakukan ekspor pada bulan sebelumnya,” ungkapnya.
Berbeda, nilai impor Sulbar pada Juni 2023 tidak tercatat. kondisi ini juga terjadi pada Juni 2022 yang juga tidak tercatat adanya kegiatan impor. Namun, secara kumulatif, nilai impor Sulbar naik sebesar 12,76 persen dari US$ 1,59 juta di periode Januari-Juni 2022 menjadi US$ 1,80 juta di periode Januari-Juni 2023.
Pertengahan Juli, lalu, sebanyak 10.500 ton cangkang sawit senilai Rp 18 miliar dibawa keluar daerah sebelum di ekspor ke Jepang.
Kepala Karantina Pertanian Mamuju, Agus Karyono mengatakan bahwa tren ekspor cangkang sawit terus bergulir. Ini kali kelima Sulbar penuhi permintaan cangkang sawit oleh Jepang di tahun 2023.
“Jika ditotal, nilainya telah mencapai Rp 71,7 miliar atau setara 41.840 ton. Dan kami prediksi akan melampaui capaian tahun 2022 yang tercatat pengiriman sebanyak tujuh kali dengan volume 66.700 ton,” bebernya.
Komoditas itu pun terlebih dulu disertifikasi Karantina Pertanian Mamuju melalui Wilayah Kerja Pelabuhan Belang-Belang.
“Sertifikasi yang dilakukan oleh Karantina Pertanian merupakan prosedur yang harus dipenuhi oleh Eksportir sebagai salah satu persyaratan yang telah ditetapkan oleh negara tujuan untuk memastikan cangkang sawit tersebut terbebas dari hama penyakit,” ujar Analis Perkarantinaan Tumbuhan, Stasiun Karantina (SKP) Mamuju, Junarli Sali.
Junarli menambahkan sertifikat karantina akan diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada cangkang sawit, dokumen, alat angkut dan tindakan karantina perlakuan fumigasi. (ajs/*)